Gereja Generasi Apostolik

Emotionally Healthy Spirituality
Day by Day - (Devotional)
​Dalam dunia yang serba cepat, banyak orang berlari tanpa berhenti, termasuk dalam kehidupan rohani. Kedekatan dengan Tuhan sering hanya sebatas aktivitas, bukan relasi yang mendalam. Itulah sebabnya, Gereja Generasi Apostolik menerapkan Day by Day Devotional sebagai bagian penting dari formasi rohani. Melalui ritme doa, keheningan, dan refleksi harian, kita diajak untuk berhenti sejenak, mendengarkan suara Tuhan, dan membangun relasi yang sehat — baik dengan Allah maupun dengan sesama.Dengan pola sederhana namun konsisten, Day by Day menolong setiap murid Yesus untuk berakar lebih dalam, hidup dengan kesadaran penuh, dan bertumbuh dalam kasih yang sejati.
​
Day by Day Devotional adalah renungan harian 8 minggu yang menolong kita membangun ritme doa, firman, dan keheningan setiap pagi dan malam. Setiap hari Anda diajak berhenti sejenak, mendengar suara Tuhan, dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani.
Anda bisa membaca Day by Day langsung di bawah ini.​
Minggu 1
Permasalahan dari Spiritualitas yang Tidak Sehat secara Emosi
​
Kerohanian yang tidak sehat secara emosional mendatangkan kerusakan/kekacauan dalam kehidupan pribadi dan gereja kita. Sebagai contoh, ketika kita menyangkal dampak masa lalu terhadap masa kini, menghakimi perjalanan rohani orang lain, atau merohanikan konflik, kita melukai diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Kerohanian dengan emosi tidak sehat juga penghalang - penghalang kita untuk mematahkan pola-pola hubungan yang sudah mengakar dalam hubungan tidak sehat dan mejadi penghalang bagi kita dewasa di dalam Kristus.
​
Masalahnya ada dua : Pertama, kita lalai untuk memperhatikan apa yang sedang terjadi di dalam diri kita. Dan kedua, kita terlalu sibuk untuk berhenti, mengurangi tempo, dan untuk berada bersama Tuhan. Akibatnya, kita menghadapi risiko yang sangat tinggi untuk tetap terjebak sebagai bayi rohani, gagal bertumbuh menjadi orang yang dewasa secara rohani/emosional di dalam Kristus.
​
Menyediakan waktu bersama Tuhan setiap minggu melalui Ibadah Harian membantu kita memberikan Yesus akses penuh ke apa yang ada di bawah permukaan kehidupan kita dan memupuk hubungan pribadi yang mendalam denganNya. Belajar untuk menyediakan waktu bersama Yesus adalah cara Tuhan untuk mengubah kita menjadi murid-murid yang merdeka dan dewasa yang bisa melayani dengan karunia-karunia bagi dunia.
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Markus 11:15 - 17
15 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, 16 dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. 17 Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!”
Renungan
Kemarahan yang sangat intens dari Yesus dan penjungkir balikkan meja-meja dalam Bait Allah patut membuat kita menarik nafas. Ia mengetahui bahwa jika kita tidak kembali kepada TUHAN, harta-harta karun yang berharga akan menjadi hilang atau kabur. Kita kehilangan ruangan dimana kita dapat merasakan kasih yang tak berkesudahan dan pengampunan yang mengagumkan dari Tuhan. Kita kehilangan perspektif yang kekal tentang apa yang penting dan yang tidak penting. Kita kehilangan belas kasihan. Kita menerima dunia, tetapi kehilangan jiwa (Markus 8:36 -37).
Jadilah merdeka untuk Allah Aku mempunyai kebutuhan untuk pembersihan seperti JURU SELAMAT memberi efek di dalam Bait Allah di Yerusalem dengan menyingkirkan yang berantakan. Apa yang sekunder yang menghalangi Jalan menuju ke segala yang penting di pusat kekosongan yang dipenuhi dengan hadirat Allah saja. -Jean Danielou
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana Anda menggambarkan “apa yang disebut sebagai sekunder” dalam hidup Anda, hal yang mungkin dapat “memblokir jalan” yang menuju pengalaman mengalami Allah ?
Doa
TUAN (LORD), tolong aku untuk dapat melihat seberapa banyak kehilanganku pada waktu aku kehilangan Engkau. Perspektifku akan hidupku dan akan seluruh hidup ini menjadi terdistorsi pada waktu aku tidak membuat ruangan bagi-MU, mengaburkan kasih-MU bagiku. Kasih-Mu lebih baik daripada hidup, dan sebenarnya aku sangat merindukan kasih itu. Di dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam dan tenang memusatkan pikiran di hadapan Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 1 Samuel 15:22 - 23
Tetapi jawab Samuel: “Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.”
Renungan
Saul, raja Israel yang pertama, tidak banyak memahami tentang berdiam atau mendengarkan Allah. Seperti Daud, ia berbakat, diurapi, dan menjadi pemimpin tentara militer/politisi yang sukses. Namun tidak seperti Daud, kita tidak pernah melihat Saul mencari untuk berada bersama Allah. Di Firman Tuhan ini, nabi Samuel menegur Saul karena Saul melakukan banyak perbuatan agamawi (misalnya, memberi korban bakaran dan korban sembelihan), tetapi tidak berdiam diri untuk mendengar Tuhan (Ayat 22).
Kita semua harus memberi waktu untuk berdiam dan merenungkan, khususnya mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti London New York dimana semuanya bergerak dengan cepat. Saya selalu memulai doa saya dalam ketenangan, kita perlu mendengar Allah karena bukanlah apa yang kita katakan tetapi apa yang DIA katakan kepada kita dan melalui kita yang penting. Doa memberi makan jiwa kita -seperti darah ke tubuh kita, begitulah doa bagi jiwa kita - dan doa membawa kita mendekatkan pada Allah. Juga doa membuat hati Anda/kita bersih dan murni. Hati yang bersih dapat melihat Allah, dapat berbicara pada Allah, dan dapat melihat kasih Allah di dalam sesama. -Mother Teresa
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana caranya kamu dapat menyediakan ruangan di hidupmu untuk berdiam untuk mendengar Allah?
Doa
Bersihkan hatiku, oh Allah ku, sampai saya cukup tenang untuk mendengar-Mu dari ketenangan. Tolong aku di dalam momen-momen untuk berhenti, untuk mendengar, untuk menanti, untuk berdiam dan mengijinkan hadirat-Mu untuk membungkus aku. Di dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Yunus 1:1-4
Datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku”. Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.
Renungan
Yunus adalah contoh seorang nabi yang memiliki kasus emosi yang tidak sehat. Dia mendengar dan melayani Tuhan, tetapi menolak memberi perhatian pada panggilan Tuhan untuk mengasihi dan menunjukkan belas kasihan kepada Niniwe, negara kelas dunia dikenal pada waktu itu untuk kekerasan dan tingkah lakunyayang biadab. Yunus melarikan diri 2400 mil berlawanan dengan tujuannya, ke Tarsis, yang berada di Spanyol saat ini.
Dan mengapa Tarsis? Salah satu alasannya adalah karena Tarsis lebih menarik daripada Niniwe. Niniwe adalah tempat kuno yang mempunyai sejarah yang hancur dan menyedihkan. Pergi ke Niniwe untuk membagikan firman Tuhan bukan tugas yang diinginkan oleh seorang nabi Ibrani dengan pengalaman yang baik. Tetapi Tarsis jauh berbeda. Tarsis adalah tempat yang unik. Tarsis adalah petualangan… Tarsis dalam Alkitab digambarkan sebagai “pelabuhan yang jauh dan sangat ideal”. Ada tertulis di 1 Raja-Raja 10:22 bahwa armada kapal milik Salomo yang pergi ke Tarsis membawa kembali emas, perak, gading, monyet, dan merak… Di Tarsis, kita dapat memiliki karir agamawi tanpa berhubungan dengan Tuhan. -Eugene Peterson
Tetapi, ketika Yunus melarikan diri, Tuhan mengirimkan badai yang dahsyat. Yunus kehilangan kendali akan hidupnya dan tujuannya. Dia terlempar dari kapalnya dan ditelan oleh ikan besar. Di dalam perut ikan itulah Yunus mulai bergulat dengan Tuhan melalui doa.
Pertanyaan Refleksi
Badai internal atau external apa yang Tuhan kirimkan ke dalam hidupmu sebagai tanda bahwa ada yang salah secara rohani?
Doa
Tuhan, biarlah kehendak-Mu, bukan kehendakku yang terjadi dalam hidupku. Engkau tahu sangat mudah untuk menyebut diri saya seorang Kristen, tapi kemudian menjadi sibuk, melupakan kehendak dan keinginan-Mu. Ampunilah dosaku ini. Tolonglah saya untuk memberi perhatian pada-Mu, dan anugerahkan kepada saya keberanian untuk berserah sepenuhnya kepada-Mu dengan setia. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Kejadian 32:22-26
22 Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. 23 Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. 24 Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. 25 Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. 26 Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” 30 Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!”
Renungan
Nama Yakub berarti “penipu” atau “perampas”, dan ia hidup sesuai dengan namanya. Ia memanipulasi, menipu, dan agresif -ia bukan seseorang yang patut dipilih sebagai pemimpin di gerejamu. Yakub adalah orang yang cacat dan dibesarkan oleh keluarga yang buruk. Ia selalu membuat masalah, apa baru keluar dari masalah, atau akan membuat lebih banyak masalah.
Kisah Yakub sangat umum karena berkaitan dengan kita. Selama hidupnya, Yakub keras kepala dan tidak mau percaya kepada siapapun - bahkan Tuhan. Di sungai Yabok, akhirnya Yakub diremukkan oleh Tuhan dan diubah secara radikal. Ia diberi nama yang baru dan kebebasan baru untuk hidup seperti bagaimana Tuhan kehendaki. Tetapi, hal ini terjadi dimana Yakub harus membayar harga, yaitu ia menjadi pincang secara permanen yang membuatnya tidak berdaya dan putus asa sehingga bergantung kepada Tuhan. Dan di dalam kelemahan inilah, Yakub menjadi sebuah bangsa (Israel) yang akan memberkati dunia.
Dalam cara yang sama, Tuhan terkadang melukai kita dalam perjalanan kita dengan-Nya untuk memindahkan kita dari kerohanian yang tidak sehat, atau “puncak gunung es”, menjadi seseorang yang sungguh-sungguh diubahkan dari dalam keluar. Ketika luka-luka tersebut datang, kita bisa menyangkalnya, menutupinya, menjadi marah kepada Tuhan, menyalahkan orang lain, atau seperti Yakub, kita dapat bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Pertanyaan Refleksi
Dalam cara apa saja Tuhan telah menyimpangkan hidupmu atau rencana-rencanamu yang membuatmu bergantung kepada-Nya?
Doa
Bapa, saya bisa ber-relasi dengan Yakub dalam hal berusaha, memanipulasi, merencanakan yang jahat, menyangkal, dan memutarbalikkan sebagian fakta kepada orang-orang di sekitar saya untuk kepentingan saya. Kadang-kadang, saya melayani Engkau untuk mendapat sesuatu dari Engkau. Tuhan, saya mengundang engkau untuk mengajari saya untuk hidup bergantung kepada-Mu. Tolong saya untuk beristirahat dan berdiam diri di dalam kasih-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Lukas 10:38 - 42
38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. 39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” 41 Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Renungan
Maria dan Marta menggambarkan 2 pendekatan terhadap hidup sebagai Kristen. Marta secara aktif melayani Yesus, tapi ia juga kehilangan Yesus. Ia sibuk dengan “kerja” di dalam kehidupan. Hidupnya tertekan dan penuh dengan gangguan. Kesibukannya telah memutuskan kasihnya kepada Yesus. Tetapi, masalah-masalah Marta melampaui kesibukannya. Saya berpikir bahwa jika Marta duduk di kaki Yesus, ia akan tetap terganggu oleh hal-hal di pikirannya. Manusia batinnya mudah tersinggung, pemarah, dan cemas.
Tetapi Maria duduk di kaki Yesus dan mendengar-Nya. Ia “ada” dengan Yesus, menikmati hubungan intim dengan-Nya, mengasihi-Nya, dan mendapat kesenangan di hadirat-Nya. Hidup Maria mempunyai satu pusat gravitasi - Yesus. Saya berpikir bahwa jika Maria membantu dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, ia tidak akan khawatir atau kecewa. Mengapa? Manusia batinnya telah diperlambat untuk fokus ke Yesus dan memusatkan hidupnya kepada Yesus.
Tujuan kita adalah untuk mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita, untuk selalu menyadari hadirat Allah selama kehidupan sehari-hari - ketika kita berhenti seperti Maria yang duduk di kaki Yesus, atau ketika kita akif seperti Marta, yang mengerjakan tugas-tugas dalam kehidupan.
Pertanyaan Refleksi
Apa saja hal yang membuatmu khawatir dan kecewa hari ini?
Doa
Tolong saya, ya Tuhan, untuk berdiam dan menanti Engkau (Mazmur 37:7). Saya mempersembahkan kepada engkau semua kecemasan dan kekhawatiran saya pada hari ini. Ajarlah saya untuk memperhatikan Engkau dengan penuh doa dan untuk beristirahat di dalam Engkau saat saya memasuki berbagai aktivitas hari ini. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Yohanes 7:2 - 8
2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. 3 makna kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: “Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. 4 Sebab tidak seorang pun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia.” 5 Sebab saudara-saudara-Nya sendiri pun tidak percaya kepada-Nya. 6 Maka jawab Yesus kepada mereka: “Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. 7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. 8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap.”
Renungan
Yesus bergerak dengan perlahan, tidak pakai pergumulan atau terburu-buru. Ia dengan sabar menanti selama masa remaja dan masa dewasa muda untuk mengungkapkan dirinya sebagai Mesias. Dan walaupun begitu, ia tidak berupaya mempercepat waktunya supaya dikenal. Ia menanti dengan sabar untuk waktu Bapa-Nya selama pelayanannya yang singkat. Jadi mengapa kita membenci “perlahan-lahan” jika Allah nampak menunjukkan bahwa Ia menyukai perlahan-lahan? Eugene Peterson menawarkan kepada kita paling tidak 2 alasan:
1. Saya sibuk karena saya angkuh/sombong. Saya ingin dilihat sebagai orang penting. Berarti. Cara apa yang lebih baik selain menjadi sibuk? Jam kerja yang di luar kebiasaan, jadwal yang padat, dan tuntutan-tuntutan yang berat atas waktu saya adalah bukti bagi diri saya - dan bagi semua orang yang memperhatikan - bahwa saya adalah seorang yang penting. Jika saya pergi ke tempat praktek dokter dan menemukan tidak ada seorangpun yang menunggu, dan melihat melalui pintu yang setengah terbuka, dokter sedang membaca buku, timbul pertanyaan: “Apakah dokter ini bagus atau tidak…”
Pengalaman seperti ini mempengaruhi saya. Saya hidup dalam masyarakat dimana jadwal padat dan keadaan yang mengganggu adalah bukti bahwa seseorang dianggap penting, jadi saya menghidupi kehidupan yang seperti itu. Jika orang lain memperhatikan, mereka mengakui bahwa saya berarti, dan kesombongan saya terpenuhi.
2. Saya sibuk karena saya malas. Saya dengan malas membiarkan orang lain memutuskan apa yang harus saya lakukan, dimana seharusnya saya dapat memutuskan sendiri. Ini adalah tema kesukaan dari C. S. Lewis bahwa “orang malas yang bekerja keras.” Dengan bermalas-malasan saya menyerahkan pekerjaan yang penting; dalam membuat keputusan dan dalam membuat pengarahan, membangun nilai-nilai dan menetapkan tujuan, orang lain yang melakukannya untuk kita.
Pertanyaan Refleksi
Langkah apa yang dapat kamu ambil untuk memperlambat tempo dan hidup lebih memperhatikan suara Yesus?
Doa
Tuhan, anugerahkan kepada saya kasih karunia untuk mengerjakan pekerjaan saya satu per satu, tanpa terburu-buru atau tergesa-gesa. Tolong saya menikmati kekudusan dalam segala yang saya lakukan, baik dalam pekerjaan besar maupun kecil. Dengan Roh Kudus yang ada di dalam saya, kuatkan saya untuk jeda/pause hari ini selagi saya bergerak dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 1 Yohanes 2:15-17
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada didalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata sertakeangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan daridunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama - lamanya.
Renungan
Pada akhir abad ke-3, di gurun-gurun Pasir Mesir, sebuah fenomena yang luar biasa terjadi. Laki-laki dan perempuan Kristen mulai meninggalkan kota-kota dan desa-desa untuk melihat Tuhan di padang gurun. Mereka menyadari bagaimana mudahnya kehilangan jiwa dalam keterikatan dan manipulasi yang ditemukan dalam masyarakat, jadi mereka mencari Tuhan secara radikal dengan berpindah ke gurun. Mereka dikenal sebagai “Bapa-bapa Gurun”.Masyarakat… diakui oleh mereka sebagai kapal karam dimana setiap orang harus berenang untuk hidupnya… Orang-orang ini percaya bahwa membiarkan seseorang menyimpang, menerima secara pasif prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mereka ketahui sebagai masyarakat, adalah suatu malapetaka… Mereka mengetahui bahwa mereka tidak bisa diharapkan untuk berbuat baik bagi orang lain selama mereka mengarungireruntuhan. Tetapi, ketika mereka menemukan pijakan, semua menjadi berbeda. Lalu mereka tidak hanya mempunyai kekuatan, tetapi juga kewajiban untuk membawa dunia kepada keselamatan.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana kamu menanggapi perkataan dari Rasul Yohanes hari ini: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya” (1 Yohanes 2:15)?
Doa
Tuhan, untuk bisa bersama-Mu, saya membutuhkan Engkau untuk menunjukkan kepada saya bagaimana untuk “membuat gurun” di tengah-tengah kehidupan saya yang penuh aktivitas. Bersihkan saya dari segala tekanan, tipu daya, dan kepura-puraan yang saya hadapi hari ini agar hidup saya dapat dipersembahkan sebagai kado kepada orang-orang sekitar saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 16:21 - 23
21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” 23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Renungan
Rasul Petrus mempunyai hati yang bergairah untuk Yesus, tetapi ia juga gegabah, angkuh, bersikap tidak dewasa, dan tidak konsisten. Karakternya yang bertindak sebelum berpikir dan keras kepalanya dapat terlihat jelas dalam semua buku Injil. Meskipun begitu, Yesus dengan sabar memimpin Petrus ke dalam penyaliban dengan kemauan sendiri, agar dia benar-benar mengalami kuasa dan kehidupan kebangkitan sejati.
Ketika saya berdiam, sifat kompulsif (kesibukan yang disebut oleh Hilary dari Tours sebagai “sebuah kecemasan yang menghujat untuk melakukan pekerjaan Tuhan untuk-Nya”) memberi jalan untuk penyesalan (ketusuk atau tertusuk). Yaitu, Tuhan dapat menerobos lapisan-lapisan yang saya pakai untuk melindungi dirisaya, agar saya dapat mendengar Firman-Nya dan siap untuk memperhatikan. Dalam pergerakan yang terus menerus, saya bisa membuat kesalahan dengan menganggap aliran adrenalin saya adalah pergerakan Roh Kudus; saya dapat hidup di dalam ilusi bahwa saya memegang kendali penuh atas takdir saya dan urusan-urusan saya sehari-hari.
Filsuf dan ahli matematika asal Perancis, Blaise Pascal, mengamati bahwa sebagian besar dari masalah-masalah manusiawi disebabkan karena kita tidak mengetahui bagaimana caranya duduk diam di kamar kita selama 1 jam.-Leighton Ford
Pertanyaan Refleksi
Dalam satu cara apa kesibukan dapat menghalangimu dari mendengar dan berkomunikasi secara intim dengan Tuhan yang hidup?
Doa
Tuan Yesus Kristus, ampunilah saya karena telah menjalani hidup saya tanpa Engkau hari ini. Saya mempersembahkan kecemasan-kecemasan saya kepada-Mu saat ini - terbaik yang bisa saya lakukan. Tolong saya untuk berdiam, berserah kepada kehendak-Mu, dan beristirahat di dalam kasih-Mu. Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 62:6 - 9
6 Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. 7 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. 8 Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. 9 Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.
Renungan
Daud, yang berkenan kepada Allah, dengan indah sekali memodelkan integrasi yang mulus dari kehidupan emosinya yang penuh degan kehidupan kontemplatif yang mendalam dengan Allah. Dia mempercayakan seluruh kehidupannya ke dalam tangan Tuhan, dia mencurahkan seluruh pergumulannya, keputusaan, dan penderitaannya atas semua dusta yang diserbarkan tentangnya.
Di dalam buku The Cry of the Soul, Dan Allender dan Tremper Longman meringkas kenapa kesadaran akan perasaan-perasaan kita begitu penting bagi hubungan kita dengan Allah: Mengabaikan emosi-emosi kita sama saja seperti kita membalikkan punggung kita terhadap kenyataan dari emosi kita; mendengarkan emosi-emosi kita justru mengantar kita ke pada kenyataannya. Dan dengan sadar akan realita kondisi kita, kita berjumpa dengan Allah. Emosi-emosi adalah jeritan dari jiwa kita. Itu semua (emosi-emosi) adalah tangisan jeritan suara hati kita. Namun kita sering memalingkan telinga kita -melalui penyangkalan emosi, distorsi, dan memutuskan hubungan dengan perasaan (tidak mau ada hubungan). Kita berusaha sekuat mungkin untuk memegang kendali dunia manusia batin kita terhadap segala macam gangguan apapun. Kita ketakutan dan malu sekali untuk emosi-emosi yang bocor ke dalam alam sadar kita.
Dalam mengabaikan segala macam emosi-emosi kita yang intens, kita memalsukan diri sendiri dan kita kehilangan kesempatan yang luar biasa untuk mengenal Allah. Kita lupa bahwa perubahan datangnya melalui kejujuran yang sangat brutal dan kerentanan total di hadapan Allah.
Pertanyaan Refleksi
Apa saja yang membuat kamu marah hari ini? Apa saja yang membuat kamu sedih? Apa saja yang membuat kamu takut?Curahkanlah responmu di hadapan Allah, dengan percaya kepada Tuhan seperti Daud percaya.
Doa
Tuhan, seperti Daud saya seringkali merasa seperti tembok yang miring atau sebuah pagar yang goyah yang hampir jatuh! Begitu banyak tekanan-tekanan dan situasi kondisi yang berdatangan melawan saya. Tolonglah saya, Tuhan, untuk menemukan ketenangan, kelegaan di dalam Engkau dan untuk berlindung di dalam Engkau sebagai benteng hidupku. Di dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 2 Korintus 12:7-10
7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Renungan
Alkitab tidak menutupi kekurangan dan kelemahan dari pahlawan-pahlawannya. Abraham pembohong. Istri Hosea adalah pelacur. Petrus menghardik Tuhan! Nuh pemabuk. Yunus rasis. Yakub pembohong. Yohanes Markus meninggalkan Paulus. Elia burn-out/=tangki emosi kosong. Yeremia depresi dan mempunyai kecenderungan bunuh diri. Thomas peragu. Musa pemarah. Timotius mempunyai sakit radang lambung. Bahkan Daud, yang merupakan salah satu sahabat Allah yang terkasih, berzina dengan Batsyeba dan membunuh suaminya. Tetapi semua orang-orang ini menyampaikan satu pesan yang sama: bahwa semua manusia di Bumi, tanpa memperdulikan talenta dan kekuatan mereka, adalah lemah, rapuh, dan bergantung kepada Tuhan dan orang lain. Tekanan untuk menampilkan gambaran dari kita yang kuat dan rohani “bersamaan” melayang-layang di atas kita. Kita merasa bersalah karena tidak memenuhi standar atau kualifikasi. Kita melupakan bahwa kita semua adalah daging dan rapuh.
Rasul Paulus bergumul dengan Tuhan karena tidak menjawab doanya dan “mencabut duri di dalam dagingnya”. Namun demikian, ia mengucap syukur kepada Tuhan atas kehancurannya, karena ia tahu tanpa ini, ia akan menjadi rasul yang sombong dan “angkuh”. Ia belajar, dimana kita juga seharusnya begitu, bahwa kuasa Kristus menjadi sempurna ketika kita lemah.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana cara peremukkan atau kelemahan di hidupmu hari ini memberi kesempatan untuk kuasa Tuhan dinyatakan?
Doa
Bapa, pikiran untuk mengakui kelemahan dan kegagalan saya kepada diri saya dan kepada orang lain sangatlah sulit. Tuhan, saya lemah. Saya bergantung kepada-Mu. Engkau adalah Tuhan, dan saya bukan. Tolong saya menikmati pekerjaan-Mu didalam saya. Dan dapat mengatakan seperti yang dikatakan Paulus, “ketika saya lemah, maka saya menjadi kuat”. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Minggu 2
Mengenal Dirimu Sendiri untuk Mengenal Allah
​
Kesadaran akan diri kita dan hubungan dengan Tuhan sangat erat terkait. Sesungguhnya, tantangan Alkitab untuk menanggalkan diri kita yang lama untuk hidup secara otentik dalam diri kita yang baru di dalam Kristus adalah inti dari pemuridan.
Pada tahun 500M, Augustine menulis: “Bagaimana Anda dapat mendekatkan diri kepada Tuhan jika Anda jauh dari diri Anda sendiri?” Pada tahun 1530 , John Calvin menulis: “Hikmat kita hampir seluruhnya terdiri dari dua bagian pengetahuan akan Allah dan diri kita sendiri.” Dan Teresa dari Avila dengan bijak menulis: “Hampir semua masalah dalam kehidupan rohani berasal dari kurangnya pengetahuan diri”.
Terobosan rohani yang kuat terjadi jauh di bawah permukaan kehidupan kita ketika kita melambat untuk menghabiskan waktu bersama Tuhan dalam keheningan dan ayat Firman Tuhan. Hal ini memberikan ruang bagi kasih-Nya yang murni untuk membakar semua yang palsu di dalam diri kita dan membebaskan kita untuk hidup secara otentik di dalam Yesus.
Hari 1: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Markus 1:33 - 38
33Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. 34Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. 35Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. 36Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; 37waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.” 38Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang”.
Renungan
Tantangan untuk menanggalkan diri kita yang “lama dan palsu” untuk hidup secara otentik di dalam diri kita yang “baru dan benar” mendobrak inti kerohanian kita yang sejati. Kita melihat keotentikan ini di kehidupan Yesus. Di tengah-tengah kebaktian kebangkitan rohani mini di dalam kota Kapernaum, Yesus mampu bertahan menghadapi tekanan dari semua orang yang mencari-Nya, dan berpindah ke tempat lain. Ia juga mengenal Bapa-Nya, yang mengasihi-Nya dan menugaskan pekerjaan untuk diselesaikan-Nya. Tetapi karena Yesus hidup sesuai jati diri yang sebenarnya, Yesus mengecewakan banyak orang. Sebagai contoh:
-
Ia mengecewakan keluarga-Nya sampai ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berpikir bahwa Ia sudah gila (Markus 3:21).
-
Ia mengecewakan orang-orang di tempat dimana Ia dibesarkan bersama-sama di Nazaret. Ketika Yesus menyatakan dirinya yang sebenarnya - Sang Mesias - mereka mencoba mendorong-Nya dari tebing (Lukas 4:28 -29).
-
Ia mengecewakan teman-teman dekat-Nya, ke-12 murid-Nya. Mereka memproyeksikan gambaran mereka kepada Yesus tentang Mesias yang mereka inginkan. Ketika Ia gagal memenuhi ekspektasi mereka, mereka meninggalkan dia.
-
Ia mengecewakan orang banyak. Mereka menginginkan Mesias duniawi yang akan memberi mereka makanan, membereskan masalah mereka, menggulingkan penindas-penindas Romawi, melakukan mukjizat, dan memberikan khotbah yang menginspirasi. Mereka meninggalkan-Nya.
-
Ia mengecewakan para tokoh agama. Mereka tidak menghargai gangguan yang dibuat oleh kehadiran-Nya kepada kehidupan mereka sehari-hari atau Teologi mereka. Akhirnya, mereka mengaitkan kekuatan-Nya berasal dari setan-setan dan menyalibkan-Nya.
Pertanyaan Refleksi
Apakah satu cara tertentu dimana kamu menyerah kepada pengharapan dari orang lain daripada tetap setia kepada apa yang Yesus sediakan bagimu?
Doa
Yesus, saya sangat bersyukur bahwa Engkau mengerti seperti apa rasanya mendapat tekanan dari ekspektasi2 orang lain. Hal ini terkadang membuat saya merasa hancur. TUAN, tolong saya untuk mengasihi orang lain dengan baik dan sementara di waktu yang sama tetap setia kepada Engkau. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 1: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 1 Samuel 17:38 - 40, 45
38Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya. 39Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: “Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya.” Kemudian ia menanggalkannya. 40Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. 45Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.”
Renungan
Bahkan selagi masih muda, Daud mengenal baik dirinya sendiri maupun Allah. Setelah menanggalkan baju zirah Saul yang ia kenakan, ia pergi melawan Goliat yang setinggi 9 kaki hanya dengan ketapel/ali-alinya dan beberapa batu licin, ia yakin kepada Allah yang hidup.
Tetapi tidak seperti Daud, sebagian besar dari kita meninggalkan dunia ini tanpa benar-benar mengenal diri kita sendiri. Kita tanpa sadar menghidupi kehidupan orang lain, atau setidaknya menghidupi pengharapan-pengharapan orang lain untuk kita.
Kita sangat tidak terbiasa untuk menjadi diri kita yang sebenarnya sehingga mustahil untuk mengetahui diri kita yang sebenarnya dan dari mana kita harus memulainya. Thomas Merton menggambarkan apa yang biasa kita lakuka.
Saya menghabiskan hidup saya dalam keinginan untuk kenikmatan, kekuatan, kehormatan, pengetahuan, dan kasih, untuk menutupi diri yang palsu ini. Dan saya mengelilingi diri saya dengan hal-hal tersebut dan menutupi diri saya dengan kenikmatan dan kemuliaan seperti perban-perban untuk membuat saya terlihat jelas oleh diri saya sendiri dan dunia, seolah-olah saya adalah tubuh yang tak terlihat dan hanya dapat terlihat ketika sesuatu yang kelihatan menutupi permukaannya. Tetapi, tidak ada hakikatnya di bawah hal-hal yang saya kenakan. Saya kosong, dan struktur kenikmatan dan ambisi saya
tidak mempunyai dasar. Dan ketika mereka hilang, tidak akan ada yang tersisa dari diri saya selain ketelanjangan dan kekosongan dan kehampaan.
Jalan yang harus kita lalui untuk melepaskan lapisan-lapisan diri kita yang palsu pada mulanya sangat sulit. Kekuatan-kekuatan besar di sekitar dan di dalam kita dapat menahan/memperlambat proses tersebut. Pada waktu yang sama, Tuhan semesta alam telah membuat tempat kediaman-Nya di dalam kita (Yohanes 14:23), dan kemuliaan yang Allah berikan kepada Yesus, juga telah diberikan kepada kita (Yohanes 17:21-23).
Pertanyaan Refleksi
Apakah lapisan-lapisan palsu atau perban-perban yang Allah undang untuk kamu lepaskan hari ini?
Doa
TUAN, karuniakan saya keberanian Daud untuk melawan godaan untuk menghidupi hidup yang bukan dari Engkau. Bebaskan saya dari semua “Goliat” di depan saya, dan dari suara-suara negatif yang saya seringkali dengar. Tolong saya untuk mendengar dan mematuhi suara-Mu hari ini. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 139:13-16
13Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. 14Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. 15Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; 16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.
Renungan
Daud telah memelihara ketegangan dari dua kebenaran yang saling melengkapi yang diajarkan dalam Kitab Suci. Kita adalah orang berdosa yang dengan putusasa membutuhkan pengampunan dan seorang Juruselamat. Pada saat yang bersamaan, Allah menciptakan kita serupa gambar-Nya, merajut kita masing-masing di dalam kandungan ibu kita dengan perhatian yang sangat besar, dan memilih kita untuk sebuah tujuan khusus di Bumi. Parker Palmer menangkap keajaiban Mazmur 139 dengan baik:
Panggilan vocation tidak datang dari suara “di luar sana” yang memanggil saya untuk menjadi seseorang yang bukan saya. Panggilan datang dari suara “di dalam sini” yang memanggil saya untuk menggenapi tujuan menjadi orang yang seharusnya saya jadi ketika dilahirkan, untuk memenuhi kepribadian diri saya yang otentik yang Tuhan beri kepada saya saat lahir.
Memang hak kelahiran diri sendiri adalah karunia yang asing. Ternyata menerimanya menjadi tuntutan yang lebih besar daripada mencoba untuk menjadi diri orang lain! Terkadang saya menanggapi tuntutan tersebut dengan cara mengabaikan karunia itu, atau menyembunyikannya, atau melarikan diri darinya, atau menyia-nyiakannya - dan saya pikir saya tidak sendiri dalam berperilaku seperti ini.
Ada sebuah kisah Hasidic yang mengungkapkan singkatnya, ada kecenderungan untuk ingin menjadi orang lain dan pentingnya menjadi diri sendiri. Rabi Zusya, ketika ia sudah tua, mengatakan, “Di dunia yang akan datang, mereka tidak akan bertanya: ‘Mengapa kamu bukan Musa?’ Mereka akan bertanya: ‘Mengapa kamu bukan Zusya?’”
Pertanyaan Refleksi
Satu karunia “hak kesulungan” apa dari Tuhan yang telah kamu abaikan dalam hidupmu?
Doa
TUAN, saya datang hari ini mengundang Engkau untuk memangkas rantai-rantai yang sudah mengakar dalam diri saya, yang menghalangi saya untuk bisa setia kepada diri saya yang sebenarnya di dalam Kristus. Dengan begitu, saya berdoa agar hidup saya menjadi berkat bagi banyak orang. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
Berdiam. tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Markus 10:26 - 31
26Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” 27Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” 28Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” 29 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 30orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”
Renungan
Antonius (251 - 356 Masehi) tumbuh di dalam keluarga kaya di Mesir, menerima pendidikan yang bagus dan pola asuh yang baik dari orang tuanya yang Kristen. Suatu hari Minggu, Antonius mendengar kata-kata ini: “Pergilah dan juallah segala milikmu dan berikanlah kepada orang miskin, dan engkau akan mempunyai harta di surga,” dan ia merasakan Allah berbicara secara langsung ke hatinya. Tidak seperti pemimpin muda yang kaya, ia menanggapi Yesus dengan iman.
Antonius menjual segala kepunyaannya dan pergi ke tempat sunyi (solitude) di gurun Mesir, tidak hanya untuk beberapa hari atau minggu, tetapi untuk 20 tahun! Ia menyangkali kepemilikan harta bendanya untuk mempelajari pemisahan; Ia menyangkal berrpidato untuk mempelajari belas kasihan; dan ia menyangkali semua aktivitas untuk mempelajari caranya berdoa. Di padang gurun, Antonius menemukan Allah dan menghadapi peperangan hebat dengan Iblis.
Ketika Antonius keluar dari kehidupan di tempat sunyi (solitude) setelah 20 tahun, orang-orang mengakui bahwa di dalam dirinya terdapat kualitas-kualitas seorang pria yang benar-benar otentik dan “sehat” - utuh dalam tubuh, pikiran, dan jiwanya. Allah segera mengutusnya ke dalam salah satu pelayanan yang paling luar biasa pada masa itu. Ia berkhotbah tentang injil kepada orang-orang kaya dan miskin, melakukan banyak penyembuhan, mengusir setan, dan banyak lagi. Kaisar Konstantin Agustus mencari nasihat dari Antonius. Ia melayani tanpa lelah di penjara dan antara orang miskin.
Di masa tuanya, Antonius pensiun dan pergi untuk kehidupan solitude yang lebih dalam lagi benar-benar meresapi persekutuan intim dengan Allah. Ia meninggal pada tahun 356 pada usia 106 tahun.
Pertanyaan Refleksi
Apa yang paling mengesankan tentang kisah hidup Antonius bagi Anda?
Doa
Tuan, jelas sekali bahwa lapisan-lapisan diri Antonius yang palsu dan dangkal dilepaskan darinya selama waktunya dengan bersama Engkau. Pecahkanlah tempurung keras yang menutupi hati saya yang mengaburkan dan mengubur jati diri saya yang sebenarnya di dalam Kristus. Ubahlah saya menjadi pribadi yang seperti apa yang Engkau kehendaki. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 1 Raja-Raja 19:1 - 5
1Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, 2maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.” 3Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. 4Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.” 5 Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: “Bangunlah, makanlah!”.
Renungan
Setelah kemenangan besar Elia atas 850 nabi palsu di Gunung Karmel, ia harus melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Sepanjang proses pelariannya, ia menjadi kelelahan dan depresi - sampai ia ingin mati saja. Untuk alasan-alasan yang tidak ditulis di teks ini, kita menemukan Elia sendirian di bawah pohon ara dan meminta untuk mati saja. Ia mengalami, apa yang dikenal hari ini sebagai “burned out” (kelelahan yang hebat).
Pada waktu saya memberi sesuatu yang saya tidak miliki, saya memberi hadiah yang palsu dan berbahaya, yang tampak seperti tanda kasih, tetapi sebenarnya dalam kenyataannya, tanpa kasih - sebuah hadiah yang diberikan karena kebutuhan pribadi saya untuk membuktikan diri dan bukan atas kebutuhan orang lain untuk dipedulikan.
Satu tanda bahwa saya sedang melanggar sifat jati diri saya atas nama kehormatan adalah sebuah kondisi yang disebut “burnout”. Sekalipun seringkali dianggap sebagai akibat dari mencoba memberi secara berlebihan, “burnout” dalam pengalaman saya, adalah akibat dari mencoba memberi apa yang saya tidak punya - akhirnya tidak bisa memberi apa-apa! “Burnout” adalah kondisi kehampaan, lebih tepatnya, tetapi bukan akibat dari memberi segala kepunyaan saya; hanya menunjukkan kekosongan diri saya yang saya coba berikan pada awalnya.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana jadinya apabila kamu menghormati dirimu sendiri dengan memahami bahwa Allah memberikan keterbatasan kepada kita sebagai manusia?
Doa
Yesus, Engkau mengetahui kecenderungan saya untuk dengan mudahnya berkata Ya, padahal sudah melampaui batasan yang mampu saya terima untuk dikerjakan. Tolong saya untuk menerima karunia keterbatasan saya sebagai manusia baik secara fisik, emosi, dan rohani. Dan saya berdoa agar Engkau, Tuan Yesus, dimuliakan di dalam dan melalui saya. Di dalam nama-Mu, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Roma 8:35-39
35Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? 36Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” 37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 38Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Renungan
Kebanyakan dari kita menganggap apa yang dipikirkan orang lain lebih penting dari yang kita sadari. Seperti yang dapat dilihat di orang-orang Galatia, rasul Paulus mengerti pergumulan ini dengan intim sekali.
M. Scott Peck menggambarkan hal ini melalui sebuah cerita tentang pertemuan dengan teman SMP saat berumur 15 tahun. Ini adalah refleksinya setelah pembicaraan dengan temannya: Saya seketika menyadari bahwa selama periode 10 menit dari saat saya pertama melihat kenalan saya sampai saat itu, saya sepenuhnya sibuk sendiri. Selama 2 atau 3 menit sebelum kami bertemu, yang saya pikirkan hanya hal-hal cerdas yang dapat saya katakan untuk membuat ia terkesan. Selama 5 menit kami bersama, saya mendengar kepada apa yang ia katakan agar saya dapat menjawabnya secara pintar. Saya memperhatikannya hanya agar saya dapat melihat apa efek komentar-komentar saya terhadapnya. Dan selama 2 atau 3 menit setelah kami berpisah, saya hanya berpikir tentang apa yang seharusnya saya katakan untuk membuatnya lebih terkesan lagi. Saya tidak peduli sedikitpun terhadap teman sekelas saya.
Hal yang paling menakjubkan dalam membaca penjelasan rinci dari apa yang terjadi di bawah permukaan anak laki-laki 15 tahun ini, adalah penerimaan dimana dinamika ini berlanjut sampai umur 20an, 30an, 50an, 70an, dan 90an! Kita tetap terperangkap menghidupi kehidupan yang palsu - selalu mencari pengakuan dari orang lain.
Kebebasan sejati datang ketika kita tidak lagi memerlukan untuk menjadi spesial/hebat di mata orang lain karena kita tahu bahwa kita dikasihi dan cukup layak di dalam Kristus.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimanakah harimu dapat berubah jika kamu berhenti mencari penerimaan dari manusia dan mulai mencari penerimaan hanya dari Tuhan?
Doa
Karuniakan saya keberanian Tuan untuk melakukan hari ini apa yang Engkau suruh saya lakukan, untuk mengatakan apa yang Engkau suruh saya katakan dan menjadi orang yang sesuai dengan panggilan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Efesus 3:14-19
14Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, 15yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. 16Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, 17sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. 18Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Renungan
Bernard dari Clairvaux (1090 - 1153 Masehi), kepala sebuah biara Cistercian di Perancis, adalah pemimpin dan penulis Kristen terhebat di masanya. Di dalam karya terkenal miliknya yang berjudul Loving God, Bernard menggambarkan 4 tingkat kasih:
-
Mengasihi diri kita demi diri kita sendiri
-
Mengasihi Allah atas karunia-karunia dan berkat-berkat-Nya
-
Mengasihi Allah karena pribadi Allah sendiri
-
Mengasihi diri kita dari Allah
Tingkat kasih tertinggi, untuk Bernard, adalah jika kita mengasihi diri kita sendiri seperti Allah mengasihi kita - dengan level yang sama, dengan cara yang sama, dan dengan kasih yang sama. Kita mengasihi diri yang dikasihi Allah, gambaran penting dan rupa Allah dalam diri kita yang telah dirusak oleh dosa.
Pertanyaan Refleksi
Dimanakah kamu melihat dirimu di daftar Bernard yang mengandung 4 tingkat kasih?
Doa
TUAN, kuatkan saya dengan kuasa-Mu agar saya dapat memahami betapa lebar dan panjang dan tinggi dan dalam kasih Kristus yang melampaui pengetahuan manusia. Bolehkah saya dapat mengasihi Engkau hanya karena siapa Engkau saja, dan bukan karena karunia dan berkat-Mu. Dan biarkan aku hidup dalam pengalaman yang mendalam dari kasih-Mu yang lembut pada hari ini. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 4:1-3, 8-11
1Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. 2Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. 3Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”
8Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 9dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” 10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” 11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Renungan
Tempat sunyi (solitude) adalah dapur api pemurnian untuk perubahan/transformasi. Tanpa tempat sunyi (solitude), kita tetap menjadi korban dari masyarakat dan terus terjerat ke dalam ilusi manusia palsu kita. Yesus sendiri memasuki dapur api tersebut. Disana, Ia dicobai dengan tiga godaan desakan duniawi: untuk relevan diterima dunia (“ubah batu-batu menjadi roti”), untuk menjadi kelihatan hebat/spektakuler (“jatuhkanlah diri-Mu”), dan untuk menjadi berkuasa (“Akan kuberikan semua kerajaan-kerajaan ini”). Di ujian inilah, Ia mengafirmasi bahwa Allah adalah satu-satunya sumber identitas jati diri-Nya (“Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”). Tempat sunyi (solitude) adalah tempat pergumulan yang paling hebat dan tempat perjumpaan dengan Allah - pergumulan melawan godaan duniawi dari manusia palsu kita, dan perjumpaan dengan Allah yang mengasihi, dimana Ia menawarkan dirinya sebagai dasar dari manusia kita yang asli.
Di dalam tempat sunyi (solitude), saya menyingkirkan semua steger/perancah (scaffolding) yang menghalangi pengenalan diri yang asli: tidak ada teman-teman yang dapat diajak bicara, tidak ada yang bisa ditelepon. Tugas saya adalah untuk bertekun dalam tempat sunyi (solitude), untuk tetap tinggal di dalam kamar saya sampai semua pengunjung-pengunjung yang menggoda saya menjadi lelah dari menggedor-gedor pintu hati saya dan akhirnya meninggalkan saya sendiri. -Henri Nouwen
Pertanyaan Refleksi
Godaan-godaan atau ujian-ujian apa saja yang kamu hadapi hari ini yang Allah sedang gunakan sebagai dapur api pemurnian untuk mengembangkan kehidupan batinmu/interiormu?
Doa
Tuan, tolong saya untuk untuk mengecilkan volume dari suara-suara yang mengatakan kepada saya bahwa saya tidak berharga kecuali saya kaya, berpengaruh, dan populer. Anugerahkan kepada saya kasih karunia-Mu hari ini agar saya dapat mengalami suara-Mu, yang berkata kepada saya: “Kamulah anak-Ku yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan.” (Matius 3:16). Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Keluaran 3:1-5
1Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. 2Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 3Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” 4Ketika dilihat Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.” 5Lalu Ia berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.”
Renungan
Hadirat Tuhan di dalam kita seperti nyala api yang keluar dari Semak Duri. Api tersebut perlahan-perlahan mengambil alih diri kita, sampai walaupun kita tetap diri kita sepenuhnya, kita diubahkan menjadi jati diri kita yang sebenarnya, yang Allah kehendaki pada mulanya. Ia adalah terang, dan kita dipenuhi oleh terang-Nya - mungkin bahkan secara harfiah, seperti orang-orang suci yang terlihat bersinar secara kasat mata. Istilah untuk perubahan/transformasi ini agak menyimpang: theosis, yang berarti berubah menjadi Allah, kudus atau dianggap dewa. Tentu saja kita tidak menjadi tuhan-tuhan kecil di dalam lingkungan-lingkungan masing-masing. Kita tidak pernah kehilangan identitas/jati diri kita, tetapi kita dipenuhi dengan Allah seperti spons yang dipenuhi air. -Frederica Mathewes-Green
Pertanyaan Refleksi
Area apa di dalam manusia batin anda dimana nyala api hadirat Allah mau membakar habis (contohnya, keegoisan, ketamakan, kepahitan, ketidak sabaran)?
Doa
Yesus, saya percaya bahwa Engkau datang menyelamatkan saya dari hukuman atas dosa-dosa saya - kematian - dan untuk kehidupan kekal. Pada saat yang sama, Engkau datang untuk menyelamatkan saya dari racun yang mengalir dalam pembuluh-pembuluh darah saya, yang menahan saya dari Terang-Mu. Datanglah dengan nyala api-Mu agar saya dapat dimurnikan menjadi pribadi yang Engkau ciptakan untuk berdiam di dalam-Mu. Di dalam nama-Mu, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Yesaya 40:28-31
28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. 29Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. 30Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, 31tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Renungan
Di dalam bukunya The Song of the Bird, Tony de Mello menceritakan kisah berikut: Seorang pria menemukan telur elang dan meletakkannya di dalam sebuah sarang di dalam lumbung ayam. Anak elang itu menetas bersama-bersama dengan anak-anak ayam dan tumbuh bersama dengan mereka.
Selama hidupnya elang tersebut melakukan apa yang dilakukan anak-anak ayam tersebut, berpikir bahwa ia juga anak ayam. Ia mengais tanah untuk mencari cacing dan serangga, ia berkotek dan berkeok. Dan ia akan mengepakan sayapnya dan terbang hanya beberapa kaki di udara.
Bertahun-tahun berlalu dan elang tersebut bertumbuh sangat tua. Suatu hari, ia melihat burung yang menakjubkan, sedang terbang di atasnya di langit yang biru. Burung itu meluncur dengan anggunnya diantara arus angin yang kencang, dengan hampir tidak menggerakkan sayap emasnya yang kuat. Elang melihat ke atas dengan kagum. “Siapa itu?” ia bertanya.
“Itulah elang, raja burung-burung,” kata temannya. “Ia tinggal di langit. Kita tinggal di Bumi - kita adalah ayam.” Jadi elang itu hidup dan mati sebagai ayam. Seperti yang dia pikirkan.
Pertanyaan Refleksi
Area apa yang kamu hidupi sebagai ayam dimana sebenarnya, Tuhan telah menciptakan kamu sebagai elang?
Doa
Bapa, Engkau telah membuat saya menjadi elang emas - yang bisa terbang. Tetapi, dalam berbagai cara, saya tetap hidup sebagai ayam, tidak sadar akan betapa hebat dan kayanya saat Engkau memanggil saya. Penuhilah saya, Roh Kudus. Bebaskan saya menjadi jati diri yang unik/spesial yang Tuhan Yesus telah ciptakan. Di dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Minggu 3
Melihat Masa Lalu untuk Melangkah Maju ke Masa Depan
​
Inti dari kerohanian dan pemuridan dalam keluarga Allah adalah membebaskan diri dari pola-pola masa lalu kita yang merusak dan berdosa untuk menjalani kehidupan yang unik yang Allah kehendaki bagi kita. Namun, hanya sedikit dari kita yang merenungkan dengan jujur dampak dari keluarga asal dan budaya kita. Hasilnya adalah kita membawa beban, dan beban yang menghalangi kita untuk mengasihi Tuhan, sesama, dan lingkungan sekitar.
​
Ini adalah pekerjaan yang sulit dan membutuhkan keberanian, tetapi kekuatan untuk melangkah maju tidak berasal dari kita tetapi di dalam persekutuan dengan Yesus. Dialah yang menambahkan kita di dalam kasih Bapa dan memberdayakan kita dengan Roh Kudus. Dialah yang memampukan kita untuk menyerahkan semua bagian yang hancur dalam sejarah kita kepada Tuhan sehingga Dia dapat mengubahnya menjadi karunia bagi orang-orang di sekitar kita.
Hari 1: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Ibrani 11:24-27
24Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. 26Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. 2 Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
Renungan
Bahkan pengalaman-pengalaman keluarga yang paling buruk dan menyakitkan menjadi bagian dari identitas total kita. Allah mempunyai rencana ketika Ia menempatkan kita di dalam keluarga-keluarga dan budaya-budaya tertentu. Dan semakin banyak yang kita ketahui tentang keluarga kita, semakin banyak kita mengenal diri kita sendiri - dan semakin banyak kebebasan kita untuk memilih seperti apa hidup yang kita ingin jalani.
Jika kita mengabaikan kebenaran karena ketakutan, kita akan berakhir seperti Miss Havisham dari novel Charles Dickens yang berjudul Great Expectations. Sebagai putri dari pria yang kaya, ia menerima sebuah surat pada jam 8:40 pagi di hari pernikahannya, yang mengatakan bahwa calon suaminya tidak akan datang. Ia menghentikan semua jam di rumahnya di waktu yang sama pada saat surat tersebut datang dan menghabiskan sisa hidupnya memakai gaun pengantinnya (yang akhirnya berubah warna menjadi kuning), dan hanya memakai satu sepatu (karena saat bencana terjadi, ia baru memakai satu sepatu). Bahkan ketika ia sudah menjadi wanita tua, ia tetap lumpuh karena bobot dari bencana yang meremukkan tersebut. Seolah-olah “semuanya di ruangan dan rumahnya telah berhenti.” Ia memutuskan untuk hidup di masa lalunya, bukan masa kini maupun masa depannya.
Kehidupan Musa mempunyai bagian yang lebih banyak kesakitan dan kegagalan. Setelah dibesarkan di dalam keluarga (istana) yang kaya dan memiliki hak istimewa, ia membunuh seseorang, kehilangan semua yang ia miliki, dan menghabiskan 40 tahun masa hidupnya dengan ketidakjelasan di padang gurun. Tetapi, melalui iman ia “melihat seseorang yang tidak kelihatan dengan kasat mata” dan mendengar undangan Allah untuk melakukan sesuatu yang akan menjadi berkat bagi banyak orang.
Pertanyaan Refleksi:
Undangan apa yang Allah tawarkan kepadamu dari kegagalan
dan penderitaan-penderitaan yang menyakitkan di masa lalu Anda?
Doa
Tuan Yesus, bebaskan saya untuk menjadi jati diri/pribadi yang Engkau kehendaki. Tolong saya untuk berhenti dan mendengar suara-Mu hari ini, dan untuk meninggalkan “bagasi” yang saya bawa saat saya berusaha untuk mengikuti-Mu. Tolong saya untuk melihat tanganmu bekerja di dalam dan melalui hidup saya, baik di masa lalu maupun di masa depan. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam dan tenang (2 menit)
Hari 1: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Lukas 9:59-62
59Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” 60Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” 61Dan seorang lain lagi berkata: ”Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” 62Tetapi Yesus berkata: ”Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Renungan
Ada sebuah kisah lama tentang seorang anak laki-laki yang, tumbuh di tepi sungai yang lebar dan bergolak, menghabiskan masa kecilnya mempelajari cara membuat rakit. Ketika anak itu bertumbuh dewasa, ia menebang beberapa pohon, mengikat mereka bersama-sama, dan menaiki rakitnya, ia menyeberangi sungai tersebut. Karena ia telah menghabiskan waktu yang lama membuat rakit, ia tidak ingin meninggalkannya begitu saja saat sampai di tanah kering, jadi ia mengikat rakit tersebut di punggungnya dan membawa rakit itu dengannya, meskipun apa yang ia temukan di perjalanannya hanyalah beberapa sungai-sungai kecil dan genangan - genangan yang dapat diseberangi dengan mudah. Ia tidak terlalu berpikir tentang hal-hal yang ia lewatkan karena ia membawa rakit yang besar - pohon-pohon yang tidak bisa ia panjat, pemandangan-pemandangan yang tidak bisa ia lihat, orang-orang yang tidak bisa ia dekati, dan balapan-balapan yang tidak bisa ikuti. Ia bahkan tidak mengetahui seberapa beratnya rakit yang ia bawa, karena ia tidak pernah mengetahui apa rasanya bebas dari rakitnya. -Lori Gordon
Sementara kita semua dipengaruhi oleh peristiwa dan keadaan eksternal yang kuat sepanjang kehidupan duniawi kita, keluarga asal kita adalah orang-orang yang paling berpengaruh yang akan pernah kita miliki. Bahkan mereka yang meninggalkan rumah mereka sejak dewasa muda, bertekad “memutuskan diri” dari sejarah keluarga mereka. Tanpa mereka sadari, mereka menemukan bahwa “cara hidup” keluarga mereka diulangi oleh mereka kemanapun mereka pergi.
Pola-pola keluarga dari masa lalu memainkan peranan dalam hubungan-hubungan kita masa kini - seringkali tanpa kita menyadarinya. Harga yang kita bayar sangatlah tinggi. Sejarah keluarga kita tinggal di dalam kita semua, bahkan di dalam mereka yang mencoba untuk menguburnya.
Hanya kebenaran yang dapat memerdekakan kita. Apa yang dipelajari bisa stop dipelajari. Dan melalui rahmat dan kuasa Allah, kita dapat mempelajari “cara-cara hidup” yang baru, membuat perubahan dan kemerdekaan yang memungkinkan.
Pertanyaan Refleksi
Apa saja “rakit” berat yang kamu bawa saat kamu mendaki gunung yang Allah letakkan di depanmu?
Doa
Tuan, saya memilih untuk tidak melihat atau mengingat masa lalu yang menyakitkan. Tunjukkanlah, Ya Bapa, beban-beban dan rakit-rakit berat yang saya bawa karena masa lalu saya. Tolong saya untuk mempelajari artinya untuk dengan jujur menghadapi masa lalu saya, menyerahkannya kepada-Mu, dan mengizinkan Engkau untuk memakainya sebagai cara untuk pendewasaan dan pertumbuhan saya di dalam Kristus. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
​
Pembacaan Firman: Markus 3:31-35
​
31Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. 32Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” 33Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” 34Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Renungan
Ketika kita menjadi Kristen kita diadopsi menjadi keluarga Yesus. Yesus secara jelas dan terus terang memanggil orang-orang untuk setia kepada-Nya. Pemuridan adalah menanggalkan pola-pola ketidakpercayaan sehingga kita mengenakan pilihan2 untuk beriman, diubahkan ke kehidupan sebagai anggota keluarga Yesus.
Saat kita mundur ke belakang melihat masa lalu untuk melangkah maju ke masa depan, kita menemukan bahwa hal ini adalah proses yang tidak pernah berakhir. Kita mundur ke belakang melihat masa lalu, menghancurkan kekuatan yang merusak dari masa lalu. Kemudian, pada tingkat yang lebih dalam, Allah membawa kita kembali kita ke masalah yang sama dengan hanya di tingkatan/level yang lebih dalam.
Thomas Keating membandingkan pekerjaan Allah dalam kita dengan “gundukan” Timur Tengah, atau tempat arkeologi, dimana satu peradaban dibangun diatas peradaban lain di tempat yang sama. Para arkeolog menggali lapisan demi lapisan, budaya demi budaya, melalui sejarah. Ia mengatakan Roh Kudus seperti Arkeolog Suci yang menggali lapisan-lapisan kehidupan kita.
Roh Kudus bermaksud menyelidiki seluruh sejarah kehidupan kita, lapisan demi lapisan, membuang apa yang kotor dan menyimpan nilai-nilai yang sesuai dengan setiap tahap dalam perkembangan manusia.
Akhirnya, Roh Kudus mulai menggali ke bagian batu cadas dari kehidupan emosi kita yang dari awal hidup kita. Karenanya, saat kita semakin maju ke pusat dimana Allah sedang menunggu kita, kita secara alamiah akan merasa kita semakin parah. Ini memperingatkan kita bahwa perjalanan spiritual bukanlah suatu kisah kesuksesan maupun kenaikan jabatan. Tetapi ini lebih tepatnya adalah sebuah rangkaian penghinaan akan jati diri kita yang palsu.
Pertanyaan Refleksi
Jati diri palsu apa yang saat ini kamu sedang pergumulkan dimana Kristus ingin kamu mematikannya supaya kamu memperoleh kehidupan yang sejati?
Doa
Roh Kudus, saya mengundang Engkau untuk menggali kedalaman hati saya yang menghalangi hubungan-hubungan dan persekutuan dengan orang - orang lain. Karuniakan saya dengan ketekunan untuk mengizinkan Engkau menggali dengan dalam, membuang segala yang bukan dari Kristus sehingga saya dapat dipenuhi oleh hadirat-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
​
Pembacaan Firman: Kejadian 50:15, 18-21
15Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: “Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya.” 18Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: “Kami datang untuk menjadi budakmu.” 19Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? 20Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. 21Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.
Renungan
Yusuf dilahirkan di keluarga yang mempunyai ciri kerusakan dan kesedihan besar. Kebohongan, kecemburuan, kerahasiaan, dan pengkhianatan menimpa kehidupan muda Yusuf, dan ia menghabiskan 10 sampai 13 tahun di penjara, terputus sepenuhnya dari keluarganya.
Meskipun demikian, Yusuf dapat mengamati tangan Allah yang besar dan mengasihi melalui segala kemunduran (setbacks) dan kekecewaan. Dalam melakukan hal ini, ia menegaskan bahwa Allah secara misterius memimpin kita ke dalam tujuan-Nya melalui kegelapan dan ketidakjelasan. Allah adalah Tuhan Allah Mahakuasa yang memiliki seluruh sejarah di genggaman-Nya, yang bekerja dalam cara-cara yang sebagian besar tersembunyi bagi kita di Bumi. Yusuf mengerti bahwa Allah bekerja di dalam segala hal - walaupun, melalui, dan berlawanan dengan segala upaya manusia - mewujudkan (mengorkeskan) segala tujuan-Nya.
Allah tidak pernah membuang/menyingkirkan masa lalu kita untuk masa depan yang Dia inginkan pada waktu kita berserah kepada-Nya. Ia adalah Tuan! Setiap kesalahan, dosa, dan detur yang kita lakukan dalam perjalanan hidup dipakai Allah dan menjadi pemberian-Nya di masa depan yang penuh berkat ketika kita berserah kepada-Nya.
Mengapa Allah mengizinkan Yusuf melalui begitu banyak kesakitan dan kehilangan? Kita melihat jejak-jejak (traces) kebaikan yang muncul dari hal ini di Kejadian 37 - 50, tetapi banyak yang tetap menjadi misteri. Yang paling penting untuk kita sadari hari ini adalah Yusuf tidak menyangkali masa lalunya, tetapi ia percayakan hidupnya kepada kebaikan dan kasih Allah, bahkan pada waktu kondisi berubah dari tidak baik menjadi sangat buruk.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana jadinya jika kamu menyerahkan kesakitan-kesakitan di masa lalumu (kesalahan, dosa, kemunduran, dan kekecewaan) kepada Allah hari ini?
Doa
Bapa, saya menerima seperti Yusuf bahwa Engkau secara berdaulat menempatkan saya di dalam keluarga saya, budaya saya, dan keadaan saya saat ini. Saya tidak bisa melihat segala hal seperti yang Engkau lihat, tetapi saya meminta Engkau untuk menunjukkan caranya, seperti Yusuf, saya dapat beristirahat dalam kasih dan kuasa-Mu - bahkan saat saya tidak melihat kebaikan sedikitpun dari yang Engkau sedang lakukan. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Kisah Para Rasul 9:1-6, 15-16
​
1Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, 2dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. 3Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. 4Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ”Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” 5Jawab Saulus: ”Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: ”Akulah Yesus yang kauaniaya itu. 6Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.”
15Tetapi firman Tuhan kepadanya: ”Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. 16Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.”
Renungan
Perubahan besar yang dialami Saulus dan kehidupannya sebagai Rasul hanya dapat dimengerti dengan melihat kehidupan dan pelatihannya secara keseluruhan yang membawa bagian yang terkenal ini di dalam Kisah Para Rasul 9.
Suatu hari Søren Kierkegaard mengamati bahwa kehidupan itu dijalani dengan melihat ke depan, tetapi hanya dapat dipahami dengan melihat ke belakang. Ini adalah pengalaman dari Aleksandr Solzhenitsyn yang sesungguhnya.
Solzhenitsyn dikenal oleh banyak orang sebagai penulis dari Rusia yang paling terkenal pada abad ke-20, tetapi panggilannya tidak selalu jelas. Tujuannya bertumbuh waktu ada di dalam pengalamannya di Gulag, kamp konsentrasi Soviet - tempat dimana ia mengalami perjuangan yang berat untuk menulis, mukjizat kesembuhan dari kanker, perubahan melalui pengikut Yesus yang Yahudi, dan melalui beban yang sangat mendalam untuk mencatat “keinginan yang mati dari jutaan orang”. Ia menulis: Satu hal yang mengkhawatirkan adalah bahwa saya tidak diberi waktu untuk mengerjakan seluruh skema saya. Saya merasa seolah-olah saya akan mengisi sebuah ruang di dunia yang dimaksudkan untuk saya dan telah menunggu saya untuk waktu yang lama, seperti sebuah cetakan yang dibuat untuk saya sendiri, tetapi hanya dapat saya ketahui/pahami pada saat ini. Saya adalah zat cair, tidak sabar, bahkan ketidaksabaran yang tidak tertahankan, untuk dituang ke dalam cetakan saya, untuk memenuhinya, tanpa gelembung udara atau retakan, sebelum saya dingin dan menjadi kaku.Nantinya, arti sebenarnya dari apa yang telah terjadi pasti akan menjadi jelas untuk saya, dan saya akan mati rasa dengan terkejut.
Pertanyaan Refleksi
Ruang apakah di dunia (yang mana masa lalumu telah mempersiapkan Anda) sedang menunggu untuk diisi olehmu?
Doa
Tuan, Engkau sangat baik, dan kasih-Mu kekal selamanya. Tolong saya untuk percaya kepada-Mu - baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, baik dalam kesuksesan maupun kegagalan, baik dalam sukacita maupun kegagalan masa lalu saya. Saya berserah kepada suara-Mu yang berbisik kepada saya, “Semuanya baik-baik saja, dan semuanya akan baik-baik saja.” Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Keluaran 14:10, 13-16
10Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada Tuhan, 13Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. 14Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” 15Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. 16 Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering.
Renungan
Musa menunjukkan kepemimpinan yang ilahi saat tentara Mesir menyerbu orang-orang Israel di Laut Merah. Bagaimanapun juga, dalam kecemasan mereka, orang-orang Israel mendistorsi masa lalu mereka dan menolak untuk maju dengan Allah. Mereka lebih memilih masa lalu mereka yang penuh penderitaan daripada masa depan yang tidak pasti dengan Allah.
Musa dengan berani berdiri dan berseru kepada mereka untuk “berdiam” dan “bergerak maju”. Ia mengambil tongkatnya dan mengambil langkah-langkah secara tegas untuk maju. Dengan mengingat Tuhan (dengan berdiam), Musa dengan berdiri melakukan yang terbaik (bergerak maju), meskipun kurangnya dukungan dari orang-orang Israel. Ia mencontoh keseimbangan antara berdiam dan bergerak maju pada saat yang bersamaan. Dalam melakukan hal tersebut, ia tidak saja mentransformasi hidupnya, tetapi hidup semua orang di sekitarnya.
Semua orang yang tarik nafas “mengambil kepemimpinan” berkali-kali dalam sehari. Kita memimpin dengan tindakan-tindakan yang dimulai dari senyum sampai berkerut di dahi; dengan kata-kata yang di mulai dari berkat sampai ke kutukan; dengan keputusan-keputusan yang di mulai dari iman sampai ke ketakutan pada waktu saya melawan pikiran saya bahwa saya adalah pemimpin, hal ini bukan karena kesopanan atau penglihatan jelas akan realita hidup saya. Saya bertanggung jawab atas dampak saya pada dunia, baik jika saya mengakuinya maupun tidak.
Jadi, apa saja yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi syarat menjadi seorang pemimpin? Sebagai manusia dan berada di sini. Selama saya berada di sini, melakukan apapun yang saya lakukan, saya memimpin, untuk kebaikan atau keburukan. Dan, jika saya boleh mengatakannya seperti itu, demikianlah Anda. -Parker Palmer
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana kata-kata dalam Keluaran 14:14 - 15 - “Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” dan “bergerak maju” - berlaku bagi Anda hari ini?
Doa
Tuan, saya dapat menghubungkan diri saya kepada orang-orang Israel di padang gurun dan kemauan mereka untuk kembali kepada apa yang dapat diprediksi - sekalipun penuh dengan penderitaan. Perubahan itu berat. Karuniakan saya dengan keberanian Musa untuk menjalani keseimbangan yang rentan di antara berdiam dan bergerak maju ke dalam kehidupan baru dalam Kristus yang Engkau miliki untuk saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Siang/Malam
​
Berdiam,tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Ibrani 12:1-3
1Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. 2Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. 3Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Renungan
Fransiskus dari Asisi, salah satu pengikut Kristus yang paling berpengaruh dalam dua ribu tahun terakhir, memutuskan diri dari keluarganya dalam cara yang sangat dramatis. Saat Fransiskus tumbuh dengan penuh gairah dalam hubungannya dengan Kristus dan kurang tertarik dalam bisnis ayahnya yang menguntungkan, ketegangan di antara mereka meningkat. Puncaknya terdapat dalam adegan berikut:
Sang ayah [menyeret] anaknya di hadapan uskup setempat, berharap bahwa otoritas agama di kota dapat mengembalikan akal sehat kepada anaknya. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Disana, di depan Allah dan semua orang, Fransiskus menanggalkan pakaiannya dan memberikannya kepada ayahnya. Saat berdiri di sana telanjang seperti hari saat ia dilahirkan, Fransiskus mengatakan, “Sampai sekarang saya memanggilmu ayah, tetapi mulai sekarang saya bisa mengatakan tanpa menahannya, ‘Bapa kami yang ada di surga.’”
Ayah Fransiskus membawa pakaian anaknya kembali ke sebuah rumah besar yang sekarang menjadi sepi. Di sisi lain, Fransiskus melanjutkan perjalanannya dengan gembira, seketika dibebaskan dari beban kekayaan, keluarga, dan pendapat masyarakat. Tetapi masih ada satu penghalang yang ia harus lewati sebelum ia dapat melayani Allah dengan sepenuh hatinya. Suatu hari, saat ia sedang berjalan di jalanan dan melihat seorang penderita kusta mendekatinya, ia mengetahui kesempatannya sudah dekat, Fransiskus mengulurkan tangannya dan mencium penderita kusta itu.
Fransiskus dari Assisi melambangkan salah satu “banyak saksi bagai awan besar” yang disebut di Ibrani 12. Ia secara harfiah “membuang semua yang menghalanginya” dan Allah memasukkannya ke dalam kehidupan dan takdir yang luar biasa. Kehidupannya terus berbicara kepada kita hari ini.
Pertanyaan Refleksi
Bagian apa di dalam kisah Fransiskus yang paling mempengaruhimu? Bagaimanakah Allah berbicara denganmu melalui kisah ini?
Doa
Tuan, tidak ada yang seperti-Mu. Saya ingin mengenal Engkau sebagai Bapa yang agung, kasih-Mu yang tidak terselami dan tidak bersyarat membebaskan saya untuk hidup bagi-Mu - jauh mengatasi segala kesetiaan dan pengharapan/ekspektasi lainnya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
​
Pembacaan Firman: Kejadian 45:4-7
4Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: “Marilah dekat-dekat.” Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: “Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. 5Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. 6Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. 7Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong.
Renungan
Kebanyakan dari kita melawan untuk mengingat dan merasakan luka-luka dan kesakitan dari masa lalu kita. Hal ini dapat terasa seperti lubang neraka dalam yang dapat menelan kita. Kita hanya dapat bertanya-tanya jika kita hanya menjadi semakin buruk. Namun, Yusuf menangis berulang kali ketika ia bertemu kembali dengan keluarganya. Bahkan, Kitab Suci mengatakan bahwa ia menangis begitu keras sehingga orang-orang Mesir mendengarnya (Kejadian 45:2).
Yusuf tidak meminimalisasikan atau merasionalisasikan tahun-tahun penderitaan dalam hidupnya. Ia bisa saja menghancurkan saudara-saudaranya dalam kemarahan. Tetapi sebaliknya, dari kedukaan yang jujur, ia sepenuhnya mengampuni saudara-saudaranya yang telah mengkhianatinya, dan dapat memberkati mereka. Yusuf dapat mengerti bahwa Allah yang mengirimnya ke Mesir untuk menyelamatkan hidup saudara-saudaranya melalui kelepasan yang hebat (Kejadian 45:7).
Pertanyaannya adalah, “Bagaimanakah ia melakukannya?” Yusuf jelas mengembangkan rahasia sejarah dalam jangka waktu yang panjang dalam hubungannya dengan Allah. Seluruh kehidupan Yusuf tersusun/terstruktur mengikuti Tuan Allah Israel. Lalu, ketika saatnya tiba untuk ia membuat keputusan kritis, ia sudah siap. Ia mengambil kepemimpinan atas keluarganya - dan melanjutkan sampai di akhir hari-harinya - menyediakan bagi mereka secara keuangan, emosi, dan rohani.
Pertanyaan Refleksi
Rasa sakit apa yang ada di dalam hidupmu yang sedang menunggu untuk diakui dan didukakan?
Doa
Tuan, pimpin saya melalui proses berduka dan penyembuhan supaya saya dapat benar-benar mempersembahkan kebaikan dan pengampunan kepada mereka yang belum baik kepada saya. Tolong saya, seperti Yusuf, untuk bergabung dengan-Mu dan menjadi berkat bagi banyak orang. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 1 Samuel 16:6-7
6Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” 7Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
Renungan
Chaim Potok, di dalam novelnya yang berjudul The Chosen, menceritakan kisah persahabatan antara dua anak laki-laki yang tumbuh besar/dewasa di Brooklyn, New York. Danny menganut Yahudi Hasidic garis keras, dan Reuven menganut Yahudi yang konservatif/fleksibel. Ayah Danny adalah pemimpin komunitas Hasidic dan membesarkan anaknya dalam kesunyian. Dia tidak pernah berbicara kepada anaknya secara langsung. Danny terluka dan bingung. Dia tidak dapat mengerti kenapa ayahnya sangat jauh dan menyebabkan rasa sakit yang sangat banyak kepadanya. Di akhir kisah novel tersebut, ayah Danny menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah tindakan kasih.
Danny kemudian bercermin pada pengalaman menyakitkan tersebut: “Ayah saya tidak pernah berbicara kepada saya, kecuali kami belajar bersama. Ia mengajar saya dalam kesunyian. Ia mengajar saya untuk melihat kedalam diri saya sendiri, untuk menemukan kekuatan saya sendiri, untuk berjalan di dalam diri saya didampingi oleh jiwa saya.”
Di dalam bukunya, Danny menemukan bahwa penderitaan yang ia alami mempunyai hasil yang baik. “Kita dapat mempelajari rasa sakit orang lain dengan mengalaminya sendiri, dengan melihat ke dalam diri kita sendiri, dengan menemukan jiwa kita. Dan sangatlah penting untuk mengetahui rasa sakit. Hal ini menghancurkan harga diri kita, keangkuhan kita, dan sifat mengabaikan orang lain. Hal ini membuat kita menyadari betapa rapuh dan kecilnya kita dan betapa kita sangat bergantung kepada Tuan Semesta Alam.”
Dalam membaca 1 Samuel 16, kita pasti bertanya-tanya tentang kehidupan Daud sebagai yang termuda dari tujuh bersaudara. Apa yang ia pelajari dari dianggap “tidak terlihat”, tidak hanya oleh saudara-saudaranya, tetapi ayahnya juga? Bagaimanakah pengalaman ini telah menolongnya untuk membentuk karakternya sehingga ia akhirnya disebut “orang yang berkenan di hati Allah”?
Pertanyaan Refleksi
Dapatkah kamu menyebutkan cara-cara dimana kamu telah mempelajari rasa sakit di orang lain dengan kamu merasakan rasa sakitmu sendiri?
Doa
Bapa, biarkan rasa sakit yang saya alami di hidup ini mematikan semua yang harus mati di dalam diri saya - keangkuhan, kesombongan, dan ketidakpedulian kepada orang lain. Tolong saya, setiap hari, untuk melihat kerapuhan saya dan betapa saya bergantung kepada-Mu, Tuan Semesta Alam. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 131
1Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. 3Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!
Renungan
Kita seringkali melupakan kemanusiaan kita, batasan-batasan kita, dan ketidakmampuan kita untuk merubah orang lain. Mengingat bahwa Daud adalah salah satu orang yang paling berkuasa di masanya, caranya mengingatkan dirinya untuk tidak berpikir terlalu tinggi tentang dirinya sangat menarik perhatian.
Kutipan berikut diambil dari rabi Hasidic yang tidak dikenal menjelang kematiannya. Kata-kata ini telah melayani saya dengan baik selama bertahun-tahun; mereka membuat saya tetap fokus kepada Kristus yang mengubah saya: Ketika saya masih muda, saya berketetapan mau mengubah dunia. Ketika saya bertumbuh sedikit lebih tua, saya menyadari bahwa hal ini terlalu ambisius, jadi saya menetapkan untuk mengubah negara bagian saya. Ketika saya bertumbuh menjadi lebih tua lagi, saya menyadari bahwa hal ini pun juga terlalu ambisius, jadi saya menetapkan untuk mengubah kota saya. Ketika saya menyadari bahwa saya bahkan tidak bisa melakukan hal ini, saya mencoba untuk mengubah keluarga saya. Sekarang sebagai orang tua, saya mengetahui bahwa saya seharusnya memulai dengan mengubah diri saya sendiri. Jika saya memulai dengan diri sendiri, mungkin saya akan berhasil dalam mengubah keluarga saya, kota saya, atau bahkan negara bagian saya - dan siapa tahu, mungkin dunia!
Pertanyaan Refleksi
Dalam Mazmur 131:1 Daud berdoa: “Saya tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku”. Bagaimana Anda menanggapi kata-kata tersebut?
Doa
Tuan Yesus, berikanlah di hati saya mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar bagaimana saya perlu berubah. Bisakah kiranya saya ditransformasi/diubah lebih dalam lagi, secara radikal, dan secara kuat bagi nama-Mu. Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Minggu 4
Perjalanan Menembus Tembok
​
Kerohanian yang dewasa mengharuskan Anda untuk melewati rasa sakit dari tembok - atau seperti yang disebut oleh orang-orang kuno, “malam yang gelap bagi jiwa.” Sama seperti tembok fisik yang menghentikan kita untuk bergerak maju, Tuhan terkadang menghentikan kita dalam perjalanan spiritual kita melalui tembok spiritual untuk mengubah karakter kita secara radikal. Seringkali, kita dibawa ke Tembok oleh keadaan dan krisis di luar kendali kita.
Terlepas dari bagaimana kita mencapainya, setiap pengikut Yesus pada suatu saat akan berhadapan dengan Tembok. Kegagalan untuk memahami dan berserah pada karya Tuhan di dalam diri kita di Tembok sering kali mengakibatkan penderitaan jangka panjang, ketidak dewasaan, dan kebingungan. Akan tetapi, menerima karunia Allah di tembok itu akan mengubah hidup kita selamanya.
Hari 1: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Kejadian 12:1 - 3
1Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; 2Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Renungan
Seperti beberapa metafora-metafora lain, gambaran tentang kehidupan Kristen sebagai sebuah perjalanan memotret pengalaman kita dalam mengikuti Kristus. Perjalanan itu melibatkan pergerakan, tindakan, mulai dan berhenti, detur (muter2), penundaan, dan kunjungan-kunjungan ke dalam tempat yang belum kita kenal.
Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan kehidupannya yang nyaman di Ur pada umur 75 tahun dan memulai perjalanan yang panjang dan lambat - perjalanan dengan Allah yang membutuhkan banyak kepercayaan yang sabar.
Percayalah dalam pekerjaan Allah yang perlahan di atas segalanya. Kita secara alamiah cukup tidak sabar dalam segala hal untuk mencapai akhirnya tanpa penundaan. Kita seharusnya menyukai dapat melewati tahapan-tahapan menengah. Kita tidak sabar dalam perjalanan menuju ketidakpastian, menuju kepada sesuatu yang baru.
Namun, hal ini adalah hukum segala kemajuan/proses yang dibuat dengan melewati tahapan ketidakstabilan - dan tahapan2 tersebut dapat memakan waktu yang sangat lama. Jadi saya berpikir demikianlah; ide-idemu menjadi dewasa secara bertahap bagi Anda - biarkanlah mereka bertumbuh, biarkanlah mereka membentuk diri mereka sendiri, tanpa tergesa-gesa. Jangan mencoba untuk memaksa mereka, seolah-olah hari ini kamu dapat menjadi apa yang (ini berarti, kasih karunia dan sikon2 terjadi demi kebaikanmu) seharusnya terjadi untukmu besok.
Hanya Allah yang dapat mengatakan seperti apa roh yang baru ini secara bertahap ini dibentuk di dalammu. Berilah kepada Tuhan keuntungan dari percaya bahwa tangan-Nya memimpin kamu. Dan terimalah kekhawatiran saat merasa dirimu di dalam ketegangan dan ketidaklengkapan. -Pierre Teilhard de Chardin
Pertanyaan Refleksi
Apakah artinya bagimu untuk percaya kepada pekerjaan Tuhan yang perlahan hari ini?
Doa
Karuniakanlah pada saya keberanian, Bapa, untuk memulai perjalanan unik yang telah Engkau buat untuk saya. Dengan iman, saya berserah kepada-Mu untuk kebutuhan saya, dan keinginan/kerinduan saya untuk selalu memegang kendali di setiap kegiatan, sikon, dan orang - orang yang saya akan temui hari ini. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 1: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Kidung Agung 1:2, 3:1-3
2Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur,
1Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. 2Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. 3Aku ditemui peronda-peronda kota. ”Apakah kamu melihat jantung hatiku?”
Renungan
Orang-orang Kristen membaca Kidung Adung dalam dua tingkatan: sebagai cinta pernikahan antara pasangan pria dan wanita, dan sebagai deskripsi hubungan kasih kita dengan TUAN Yesus - Mempelai Pria kita. Kidung Agung 3:1 - 3 menggambarkan, khususnya, pengalaman Mother Teresa dari Kolkata. Mengenai perjuangan yang menyakitkannya dengan ketidakhadiran Allah selama pelayanan 50 tahun di antara orang miskin, ia menulis:
Ketika saya mencoba untuk menyerahkan pikiran-pikiran saya ke Surga - ada kekosongan yang menginsafkan mana pikiran-pikiran tersebut kembali lagi ke saya seperti pisau yang tajam dan sungguh menyakitkan jiwa saya. Kasih - sebagai kata2 -tidak membawa apa-apa. Saya diberitahu bahwa Allah mengasihi saya - namun kenyataan yang ada ialah penuh kegelapan dan kedinginan dan kehampaan yang begitu besar sehingga tidak ada yang menyentuh jiwa saya, walaupun semua hal tersebut ada - kegelapan dan kehampaan ini tidak menyakitkan seperti kerinduan akan Allah. Sebelumnya, saya bisa menghabiskan berjam-jam di hadapan Tuhan Kita - mengasihi-Nya - berbicara kepada-Nya - dan sekarang - bahkan meditasi pun tidak berjalan dengan baik, namun jauh di dalam hati saya, kerinduan akan Allah tetap menembus kegelapan jiwa saya sama seperti [sebuah] balok es - saya tidak mempunyai apa-apa untuk dikatakan.
Mother Teresa menyadari bahwa kegelapannya adalah sisi rohani dari pekerjaannya, sebuah pengalaman turut dalam penderitaan Kristus, sebuah harta karun untuknya dan untuk pekerjaannya yang unik. Pada akhirnya, ia menulis: “Saya telah tiba pada pengalaman pribadi untuk mengasihi kegelapan. Karena saya percaya bahwa hal ini adalah bagian, bagian yang sangat kecil, dari kegelapan dan rasa sakit yang dialami Yesus saat di Bumi”.
Pertanyaan Refleksi
Harta karun apa saja yang berada di dalam kegelapan atau kesusahan di hidupmu hari ini?
Doa
Bapa, ajarlah saya untuk mempercayai Engkau bahkan ketika saya merasa bahwa saya sendirian dan Engkau sedang tidur di dalam kapal dengan badai mengamuk di sekeliling saya. Bangunkan saya ke harta2 karun yang hanya dapat ditemukan dalam kegelapan. Karuniakan saya dengan rahmat untuk mengikuti-Mu ke dalam tempat selanjutnya yang Engkau siapkan untuk saya dalam perjalanan yang disebut kehidupan. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Ibrani 12:7 - 11
7Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? 8Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. 9Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? 10Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. 11Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
Renungan
Cara terbaik untuk mengerti dinamika penderitaan adalah meneliti karya klasik oleh St. John of the Cross berjudul Dark Night of the Soul, ditulis lebih dari 500 tahun yang lalu. St. John menggambarkan perjalanan rohani dalam tiga tahap: awal, perkembangan, dan kesempurnaan. Menurutnya, agar bisa pindah dari tahap awal, doa argumentasi dibutuhkan penerimaan karunia Tuhan berupa malam yang gelap, atau sebuah Tembok. Ini adalah cara yang umum agar bisa bertumbuh dalam Kristus.
Tembok adalah cara Allah merajut ulang dan “memurnikan kasih sayang dan hasrat-hasrat kita” sehingga kita dapat bersuka dalam kasih-Nya dan masuk ke dalam persekutuan yang lebih kaya dan penuh bersama-Nya. Allah berkarya untuk membebaskan kita dari keterikatan yang tidak sehat dan penyembahan atas dunia ini. Allah ingin mengkomunikasikan kepada kita kemanisan dan kasih-Nya yang sejati. Ia rindu agar kita bisa mengenal damai dan ketenangan-Nya yang sejati.
Dengan alasan itu, John of the Cross menulis bahwa Allah memberi kita “malam gelap yang diterangi api kasih” untuk membebaskan kita dari ketidaksempurnaan rohani yang mematikan seperti:
-
Kesombongan (memiliki kecenderungan untuk menghakimi orang lain dan tidak sabar dengan kesalahan mereka)
-
Ketamakan (menderita dari rasa tidak pernah cukup)
-
Kemewahan (lebih menikmati berkat rohaninya Allah daripada pribadi Allahnya)
-
Murka (mudah teriritasi, dan tidak sabar)
-
Kerakusan Rohani (menentang salib)
-
Iri Hati Rohani (selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain)
-
Kemalasan (Melarikan diri dari semua yang sulit) Pertanyaan Refleksi
Keterikatan yang tidak sehat dan penyembahan berhala apa yang Allah mau kamu singkirkan dari kehidupanmu untuk memimpin kamu ke dalam persekutuan yang lebih dalam, lebih kaya dan penuh bersama-Nya?
Doa
TUAN, saya mengundang Engkau hari ini untuk memutuskan keluar keterikatan yang tidak sehat dan penyembahan berhala dari dalam saya. Engkau berjanji dalam Mazmur 32 untuk mengajari saya jalan yang harus kutempuh. Tolong saya untuk tidak keras kepala seperti Bagal, tetapi bekerja sama dengan Engkau yang dapat memimpin saya kepada kemerdekaan. Pimpin saya ke dalam persekutuan dengan Engkau, dimana terdapat kedamaian dan ketenangan sejati. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Roma 11:33-36
33O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! 34Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? 35Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? 36Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Renungan
Pengalaman kita di Tembok dapat bermanfaat dalam membuat kita lebih menghargai yang saya sebut sebagai sebuah “ketidaktahuan yang suci” atau misteri. Hal ini memngembangkan kapasitas kita untuk menanti Allah bahkan ketika semua hal di dalam kita berkata, “berbuat sesuatu!”
Ada kisah lama tentang seorang pria bijak yang hidup di salah satu daerah perbatasan Cina yang luas. Suatu hari, tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas, kuda milik seorang pria muda melarikan diri dan diambil oleh orang-orang nomaden di seberang perbatasan. Semua orang mencoba memberi konsolasi/penghiburan atas nasib buruk pria muda tersebut, tetapi ayahnya, seorang pria bijak, mengatakan, “Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa ini bukan sebuah berkat?”
Beberapa bulan kemudian, kudanya kembali dengan didampingi oleh seekor kuda jantan yang luar biasa. Kali ini semua orang mengucapkan selamat atas nasib baik pria muda itu. Tetapi sekarang ayahnya mengatakan, “Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa ini bukan bencana?”
Rumah tangga mereka dijadikan kaya oleh kuda jantan yang senang ditunggangi pemuda itu, tetapi suatu hari ia jatuh dari kudanya dan panggulnya patah. Sekali lagi, semua orang mencoba memberi penghiburan/konsolasi atas nasib buruknya, tetapi ayahnya mengatakan, “Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa ini bukan sebuah berkah?”
Setahun kemudian, orang-orang nomaden menyerbu, dan setiap pria yang mampu tubuhnya diharuskan untuk mengambil panahnya dan bergabung pergi ke medan peperangan. Keluarga-keluarga Cina yang tinggal di perbatasan kehilangan 9 dari setiap 10 pria yang pergi berperang. Hanya, karena pria muda tersebut cacat, ayah dan anak ini selamat dan merawat satu sama lain.
Seringkali, apa yang kelihatannya seperti keberhasilan atau berkat ternyata adalah hal yang sangat buruk; apa yang tampak seperti peristiwa yang buruk ternyata dapat menjadi berkat yang besar.
Pertanyaan Refleksi
Pernahkan kamu mengalami keadaan yang sangat buruk yang (seiring waktu berjalan) ternyata menjadi berkat yang besar?
Doa
Ampuni saya, Bapa, yang kadang-kadang memperlakukan Engkau sebagai asisten pribadi atau sekretaris. Jalan-jalan-Mu tidak dapat diselidiki dan di luar pemahaman. Tolong saya
untuk mempercayai-Mu dan bukan keadaan saya. Dalam hadirat-Mu, saya dibuat berdiam. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 69: -3, 15-16
1Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari Daud. 2Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! 3Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam,
tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku. 15Lepaskanlah aku dari dalam lumpur, supaya jangan aku tenggelam,
biarlah aku dilepaskan dari orang-orang yang membenci aku, dan dari air yang dalam!
16Janganlah gelombang air menghanyutkan aku, atau tubir menelan aku, atau sumur menutup mulutnya di atasku.
Renungan
Alkitab mempersembahkan bahwa Daud adalah pria yang berkenan di hati Allah, namun, Firman di atas menunjukkan kepada kita bahwa dunia emosi Daud sangat manusiawi dan hancur remuk. Ia menelanjangi jiwanya dalam puisi-puisi yang memilukan hati ini - sebagai doa kembali kepada Allah. Walaupun ia sering bergumul dengan keadaannya, Daud menegaskan bahwa Allah baik, dan kasih-Nya tetap untuk selamanya. Daud mengetahui bahwa jalan-jalan Allah lebih tinggi dan lebih dalam dari jalan-jalan kita (Yesaya 55:9 - 10).
Di dalam bukunya berjudul Paradise Lost, John Milton membandingkan kejahatan dari sejarah dengan tumpukan kompos - sebuah campuran dari zat-zat yang membusuk, seperti kotoran binatang, kulit kentang, cangkang telur, daun mati, dan kulit pisang. Jika Anda menutupinya dengan tanah, setelah beberapa waktu akan berbau enak. Tanahnya akan menjadi pupuk alami yang kaya dan sangat cocok untuk menanam buah dan sayur - tetapi Anda harus mau menunggu - tahunan, dalam beberapa kasus tertentu.
Maksud Milton adalah kejadian-kejadian yang paling buruk dalam sejarah manusia - yang tidak dapat kita mengerti - bahkan neraka - adalah pupuk bagi rencana Allah yang sangat indah dan abadi. Dari kejahatan terbesar, kematian Yesus, berubah menjadi kebaikan terbesar.
Fakta bahwa Allah ada tidak mengurangi keburukan/kekacauan dari kejahatan di dunia; Meskipun begitu, kita dapat beristirahat di dalam-Nya, menempatkan harapan kita pada Allah yang sangat agung dan mulia agar Ia dapat, secara mutlak, merubah segala kejahatan menjadi kebaikan. Kita dapat mempercayai Allah di Tembok itu.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimanakah Allah mengundang Anda untuk menanti-Nya pada hari ini?
Doa
Tuhan, penuhilah saya dengan kepercayaan sederhana yang walaupun ada banyak keburukan dari kekacauan di sekitar saya, Engkau mampu membawa kebaikan - untuk saya, untuk orang lain, dan untuk kemuliaan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Yakobus 1:2-5
2Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. 5Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya.
Renungan
Jika tidak pernah ada badai-badai atau awan-awan di dalam hidup kita, kita tidak akan mempunyai iman. “Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya” (Nahum 1:3b). Awan-awan adalah tanda bahwa Allah ada. bukankah suatu pewahyuan untuk tahu bahwa kedukaan, karena kehilangan, dan penderitaan sebenarnya adalah awan-awan yang datang bersama Allah!
Tidak benar jika kita mengatakan bahwa Allah ingin mengajarkan kita sesuatu dari dalam pencobaan-pencobaan kita. Melalui semua awan yang Ia kirim ke jalan hidup kita, Ia ingin agar kita menanggalkan sesuatu yang kita ketahui. Tujuan-Nya untuk menggunakan awan itu adalah untuk
menyederhanakan kepercayaan-kepercayaan sampai hubungan kita dengan-Nya tepat seperti hubungan dengan seorang anak - dimana sebuah hubungan sederhana antara Allah dengan jiwa kita, dan dimana hubungan dengan orang lain hanyalah bayangan. Sampai orang lain menjadi bayangan-bayangan bagi kita, awan-awan dan kegelapan akan menjadi milik kita sekali-kali. Apakah hubungan kita dengan Allah menjadi lebih sederhana daripada sebelumnya? Sampai kita berhadapan muka dengan muka dengan fakta hidup yang paling dalam dan paling gelap tanpa merusak pandangan kita tentang karakter Allah, kita masih belum mengenal-Nya. -Oswald Chambers
Pertanyaan Refleksi
Satu hal apa yang Allah ingin kamu tanggalkan/buang dari pengetahuanmu hari ini?
Doa
Bapa, saya mengakui bahwa ketika kesulitan-kesulitan dan cobaan-cobaan datang dalam hidup saya, besar atau kecil, saya seringkali menggerutu dan mengeluh. Saya menyadari cobaan-cobaan yang Yakobus bicarakan tidak selalu berupa “Tembok”, tetapi mereka tetap sulit untuk ditanggung. Penuhi saya dengan pandangan kehidupan yang telah mengalami perubahan, Ya Tuhan, agar saya dapat memandangnya sebagai “sukacita yang murni” ketika Engkau mengirimkan cobaan-cobaan kepada saya. Saya percaya, Tuhan. Tolonglah ketidakpercayaan saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Kejadian 22:9 - 12
9Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. 10Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. 11Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: ”Abraham, Abraham.” Sahutnya: ”Ya, Tuhan.” 12Lalu Ia berfirman: ”Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”
Renungan
Kita menghadapi Tembok saat krisis memutarbalikkan dunia kita. Tembok-Tembok tersebut bukan hanya kejadian satu kali yang kita lewati dan lampaui. Mereka adalah isu-isu yang kita kembali kunjungi sebagai bagian dari hubungan berkesinambungan dengan Allah.
Kita melihat hal ini dalam kehidupan Abraham, dia menunggu di Tembok ketidaksuburan selama 25 tahun sebelum kelahiran anak pertamanya dengan istrinya, Sarah. 10 sampai 13 tahun kemudian, Allah membawanya ke Tembok yang lain lagi - perpisahan dengan Ismael, anak sulungnya (dikandung oleh pembantunya Sarah, Hagar).
Abraham bertemu dengan Tembok ketiga beberapa tahun kemudian, ketika Allah memerintahkannya untuk mengorbankan anak kesayangannya yang telah lama ditunggu, Ishak, di atas mezbah.
Abraham tampaknya telah melalui Tembok banyak kali dalam perjalanannya dengan Allah. Mengapa? Thomas Merton menjelaskan, “Tanpa sengaja dan tanpa pengetahuan, kita jatuh kembali ke dalam ketidaksempurnaan. Kebiasaan-kebiasaan buruk itu seperti akar-akar hidup yang kembali. Hal ini membutuhkan campur tangan langsung dari Allah.”
Pertanyaan Refleksi
Apa saja hal-hal atau orang-orang yang mana kamu mengakarkan identitasmu yang Allah mau gali supaya identitasmu dapat ditanam kembali di dalam-Nya?
Doa
Abba Bapa, saya membuka tangan saya yang terkepal untuk menyerahkan semuanya yang Engkau telah beri kepada saya. Bangun kembali identitas saya di dalam-Mu - bukan di keluarga saya, pekerjaan saya, pencapaian saya, atau pendapat orang lain terhadap saya. Bersihkan hal-hal di dalam saya yang tidak sesuai kehendak-Mu. Oleh iman, saya menyatukan kehendak saya dengan kehendak-Mu agar keserupaan dengan Yesus Kristus dapat dibentuk di dalam saya. Dalam nama-Nya, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Ayub 42:1-6
1Maka jawab Ayub kepada Tuhan: 2“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 3Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. 4Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. 5Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. 6Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku
dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”
Renungan
Ayub setia dan tidak bercacat, seorang pria yang berintegritas. Namun, ia mengalami musibah sampai kehilangan besar akan keluarganya, kekayaannya, dan kesehatannya, dan menemukan dirinya di Tembok seperti beberapa tokoh-tokoh lain dalam Alkitab. Di tempat pergumulan yang dalam ini Ayub bergumul dengan imannya dan Allah, Ayub mengalami kasih dan kasih karunia Allah. Ia ditransformasi.
Sekarang, percaya atau tidak, kita terancam oleh Allah yang begitu bebas karena kebebasan ini menghilangkan segala kemampuan kita untuk mengendalikan atau merekayasa proses tersebut. Hal ini membuat kita tidak berdaya, dan merubah bahasa kita dari bahasa prestasi atau pencapaian menjadi bahasa menyerah, percaya, dan kerentanan… Inilah yang disebut sebagai “keliaran” Allah. Kita tidak bisa mengendalikan Allah dengan cara apapun, bahkan tidak dengan perilaku baik kita, yang cenderung menjadi naluri pertama dan alami kita. Kebebasan Allah yang mutlak untungnya digunakan untuk kebaikan kita, meskipun kita masih takut akan kebebasan itu.
Hal ini dikenal sebagai penyediaan, pengampunan, pemilihan bebas, atau belas kasihan. Tetapi untuk kita, hal tersebut terasa seperti keliaran - justru karena kita tidak dapat mengendalikannya, memanipulasikan nya, mengarahkannya,
mendapatkannya, atau kehilangannya. Siapa saja yang ingin mengendalikan Allah oleh tindakan-tindakannya akan merasa tidak berguna, tidak berdaya, dan tidak efektif. -Richard Rohr
Pertanyaan Refleksi
Kata-kata apa dari ucapan Richard Rohr paling berbicara kepada anda? Mengapa?
Doa
Bapa, saat saya membaca bahkan hanya sebagian dari kisah Ayub, saya juga kewalahan oleh “keliaran-Mu”. Jalan-jalan-Mu dan waktu-Mu melampaui nalar saya. Ayub berpindah dari mendengar tentang Engkau ke sudah pernah “memandang Engkau”. Pimpin saya, Tuhan, sesuai jalur-Mu agar saya dapat berdoa seperti Ayub berdoa: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Yohanes 21:17-19
17Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. 18Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan kemana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” 19Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”
Renungan
Yesus mempunyai pandangan yang berbeda tentang kedewasaan: Ini adalah kemampuan dan kerelaan untuk dipimpin ke tempat dimana kamu tidak ingin datangi. Seketika setelah Yesus mempersiapkan Petrus untuk menjadi pemimpin bagi domba-domba-Nya, Yesus mengkonfrontasi Petrus dengan kebenaran yang hakiki dimana pemimpin-pelayan adalah pemimpin yang dipimpin ke tempat-tempat yang tidak diketahui, tidak diinginkan, dan menyakitkan. Henri Nouwen mengekspresikannya dengan baik: Jalan pemimpin Kristen bukanlah jalan pergerakan ke atas, dimana dunia saat ini sangat banyak memfokuskan diri kepada hal tersebut, tetapi jalan pergerakan ke bawah yang berakhir di salib.
Ketidakberdayaan dan kerendahan hati dalam kehidupan rohani tidak merujuk kepada orang-orang yang tidak mempunyai keberanian dan membiarkan orang lain membuat keputusan untuk mereka. Hal ini merujuk kepada orang-orang yang mempunyai kasih yang begitu dalam kepada Yesus dan yang siap untuk mengikuti-Nya kemanapun Ia memimpin mereka, selalu mempercayai bahwa, dengan-Nya, mereka akan menemukan hidup dan menemukannya dalam kepenuhan/kelimpahan.
Pertanyaan Refleksi
Dengan kata-katamu sendiri, berbicaralah kepada Allah tentang kerelaanmu untuk pergi ke tempat dimana Ia memimpinmu. Sukacita-sukacita dan/atau ketakutan-ketakutan apa yang mengikuti kerelaanmu?
Doa
Bapa, kepada-Mu saya mengakui bahwa saya tidak mau pergi ke jalan ketidakberdayaan dan kerendahan hati. Seperti Petrus, saya ingin mengetahui apa yang Engkau lakukan dengan segala hal yang di sekitar saya. Saya mengasihi Engkau. Tolong saya untuk mempercayai-Mu hari ini, besok, dan selama hidup saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 26:50b-53
50b Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. 51Tetapi seorang dari mereka yang menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan meletakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. 52 Maka kata Yesus kepadanya: ”Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. 53 Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
Renungan
Tembok-Tembok terkadang adalah cara Allah untuk berkata tidak. Injil Yohanes memberitahu kita bahwa Rasul Petrus menghunus pedangnya untuk membela Yesus secara paksa. Petrus merasa bahwa menerima perkataan ‘TIDAK” dari Yesus kepada rencana untuk hidup-Nya dan masa depan-Nya tanpa penyaliban adalah sulit. Sebaliknya, kita dapat mengamati bagaimana Daud menerima Allah berkata tidak kepada kemauannya untuk membangun Rumah Tuhan (2 Samuel 7). Sebagai tambahan, kita dapat membaca tentang Yesus yang berserah saat Bapa-Nya berkata tidak - supaya cawan salib diambil daripada-Nya (Matius 26:37 - 44).
Kamu mungkin mau menggunakan doa di bawah ini dari tentara Konfederasi yang tidak dikenal untuk menolongmu menerima jawaban Allah ketika Ia berkata ya atau tidak dalam perjalananmu dengan-Nya: Saya meminta kekuatan dari Allah agar saya dapat mencapai; Saya dibuat lemah agar saya belajar untuk patuh. Saya meminta kesehatan agar saya dapat melakukan hal-hal besar; Saya menerima kelemahan agar saya dapat melakukan hal-hal yang lebih baik. Saya meminta kekayaan agar saya dapat bersenang; Saya menerima kemiskinan agar saya dapat menjadi bijak. Saya meminta kuasa ketika saya muda agar saya dapat dipuji manusia; Saya diberi kelemahan agar saya dapat merasa membutuhkan Allah.
Saya meminta segala hal agar saya dapat menikmati hidup; Saya menerima kehidupan agar saya dapat menikmati segala hal. Hampir terlepas dari diri saya sendiri, doa-doa tak terucap saya dikabulkan. Saya, di antara semua orang, adalah orang yang paling diberkati dengan berlimpah.
Pertanyaan Refleksi
Kata-kata yang mana yang paling berbicara kepadamu dari doa di atas? Mengapa?
Doa
Tuhan, saya berhubungan dengan sifat keras kepala Petrus, dan dengan kesulitannya untuk mengerti apa yang Engkau bicarakan kepadanya. Memang sulit untuk saya untuk mengerti bagaimana cara engkau mengelola alam semesta dan tempat saya di dalamnya. Ubahlah kemauan keras saya, Ya Tuhan. Ajari saya untuk menanti Engkau. Tolong saya untuk mempercayai Engkau. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Minggu 5
Melapangkan Jiwa Anda Melalui Penderitaan dan Kehilangan
​
Kehilangan adalah tempat di mana pengenalan diri dan transformasi yang kuat dapat terjadi. Memperhatikan kehilangan kita akan memperbesar jiwa kita ketika kita mencurahkannya di hadapan Tuhan (lihat Mazmur 62:9) dan berpartisipasi dalam apa yang Tuhan ingin lakukan di dalam kita.
​
Kita semua menghadapi banyak “kematian” dalam hidup kita. Budaya kita secara rutin menafsirkan kehilangan dan kesedihan ini sebagai invasi asing dan gangguan terhadap kehidupan “normal” kita. Pilihannya adalah apakah kematian ini akan menjadi kematian yang mematikan (menghancurkan semangat dan kehidupan kita) atau akan membuka kita pada kemungkinan-kemungkinan baru dan kedalaman transformasi di dalam Kristus. Tetap bersama Yesus selama masa-masa yang penuh tantangan ini - tetap tinggal, berdiam diri, dan berkomunikasi denganNya - membuat perbedaan.
Hari 1: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 26:36-39
36Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” 37Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 38lalu kata-Nya kepada mereka: ”Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” 39Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini laludari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Renungan
Di Taman Getsemani, kita melihat Yesus yang terpuruk dan terbeban dengan kesedihan sampai pada titik kematian. Kita melihat Yesus tersungkur dengan wajah yang menghadap ke tanah dan berdoa tiga kali. Kita juga melihat Bapa-Nya berkata tidak kepada permohonan Yesus agar cawan salib diambil dari-Nya. Kita ingin mengikuti Yesus masuk dalam kehidupan yang berlimpah dengan kuasa kebangkitan-Nya, tetapi kita tidak begitu bersemangat untuk mengikutinya masuk ke Taman Getsemani.
Buku berjudul Lament for a Son oleh Nicholas Wolterstorff, adalah sebuah buku catatan terdiri dari refleksi-refleksi dan pergumulan-pergumulan dari sang pengarang setelah kematian anak lelakinya yang berusia 25 tahun, bernama Eric, yang mengalami kecelakaan saat mendaki gunung di Austria. Wolterstorff tidak memiliki penjelasan ataupun jawaban apapun mengapa Allah mengijinkan tragedi ini terjadi. Siapa yang mempunyai penjelasan? Tetapi, suatu saat, ia menemukan pengertian yang mendalam: Melalui prisma dari air mata, saya telah melihat Allah yang menderita. Dikatakan tentang Allah bahwa tidak ada seorang pun yang bisa melihat wajah Allah dan tetap hidup. Saya selalu berpikir bahwa itu artinya tak ada seorangpun yang bisa melihat kemegahan-Nya dan tétap hidup. Seorang teman berkata bahwa mungkin ini artinya, bahwa tak ada seorangpun yang bisa melihat kesedihan-Nya dan tétap hidup. Atau mungkin, kesedihan-Nya adalah kemegahanNya.
Pertanyaan Refleksi
Apakah artinya bagimu berdoa, "Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki"?
Doa
Tuanku, segala yang ada dalam diri saya menolak mengikuti-Mu ke dalam Taman Getsemani, untuk tersungkur dengan wajah saya ke tanah di hadapan-Mu. Berilah saya keberanian untuk mengikuti-Mu sepanjang perjalanan sampai ke kayu salib, apa
pun maknanya itu bagi hidup saya. Dan, lewat rahmat-Mu, bawalah saya kepada hidup dan kuasa kebangkitan. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 1: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Ayub 2:7-10
7Kemudian Iblis pergi dari hadapan Tuhan, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. 8lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. 9Maka berkatalah isterinya kepadanya: ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” 10Tetapi jawab Ayub kepadanya: ”Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Renungan
Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang terkenal tentang Kitab Ayub, mencatat bahwa kisah Ayub adalah kisah kita semua. Ayub kehilangan segala yang dimilikinya dalam satu
hari: keluarganya, kekayaannya, dan kesehatannya. Kebanyakan dari kita mengalami kehilangan-kehilangan kita secara lebih perlahan - dalam rentang waktu hidup kita - sampai kita menemukan diri kita di pintu kematian, meninggalkan segala sesuatu di belakang kita. Kerugian/katastropik menurut definisi menghambat pemulihan. Hal ini akan mengubah kita atau menghancurkan kita, tetapi tidak akan pernah membuat kita sama lagi. Tidak ada jalan
kembali ke masa lalu. Karena itu, tidak benar bahwa kita menjadi lebih berkurang melalui kehilangan - kecuali kita membiarkan kehilangan itu membuat kita berkurang, menggiling jiwa kita sampai tidak ada lagi yang tersisa. Kehilangan juga bisa membuat kita menjadi
Bertambah. Saya tidak bisa melupakan kehilangan orang-orang yang kucintai; sebaliknya, saya menyerap rasa kehilangan itu ke dalam hidup saya, sampai hal itu menjadi bagian dari diri saya saat ini. Kesedihan mengambil tempat tinggal permanen dalam jiwa saya dan melapangkannya. Seseorang dapat memahami rasa sakit orang lain dengan menderita rasa sakitnya sendiri, dengan masuk ke dalam dirinya sendiri, dengan menemukan jiwanya sendiri. Betapapun menyakitkannya, kesedihan itu baik untuk jiwa. Jiwa itu elastis, seperti balon. Jiwa bisa menjadi lebih besar lewat penderitaan. -Jerry Sittser
Pertanyaan Refleksi
Bagaimanakah kamu dapat melihat Allah melapangkan jiwamu lewat kehilangan - kehilanganmu?
Doa
Bapa, saat saya memikirkan kehilangan-kehilangan saya, rasanya seperti saya tidak memiliki kulit untuk melindungi tubuhku. Saya merasa daging mentah dikerok sampai ke tulang. Melihat Ayub dan Yesus memang menolong saya, tetapi saya harus mengakui bahwa saya bergumul untuk melihat sesuatu yang baru sedang dilahirkan dari sesuatu yang lama. Lapangkanlah jiwa saya melalui ujian-ujian dan kehilangan-kehilangan dalam hidup saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 2 Korintus 4:7 - 11
7Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. 8Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; 9kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. 10Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. 11Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.
Renungan
Joni Eareckson Tada sudah lumpuh dari leher ke bawah selama 30 tahun lebih. Akibatnya dia sudah mengalami baik kematian dan kehidupan Yesus. Ia mengatakan:
Salib adalah pusat dari relasi kita dengan Yesus. Salib adalah dimana kita mati. Kita ke sana setiap hari. Tidaklah mudah. Biasanya, kita mengikuti Kristus kemana saja - ke pesta, dimana Ia mengubah air menjadi anggur, ke pantai yang diterangi matahari, dimana Ia mengajar di atas perahu. Tetapi ke kayu Salib? Kaki kita tidak bergerak. Undangan tersebut begitu menakutkannya. Ini adalah sebuah undangan untuk pergi sendirian. Penderitaan mengurangi kita sampai kita tidak ada apa-apanya dan Søren Kierkegaard mengatakan, “Allah menciptakan segalanya dari kekosongan, dari tidak ada apa-apa. Dan segala sesuatu yang Allah pakai, Ia kurangi menjadi tidak ada apa-apanya.” Dikurangi menjadi tidak ada apa-apanya adalah diseret ke bawah kaki Salib. Sebuah pengampunan yang hebat. Ketika penderitaan memaksa kita tersungkur di bawah kaki Kalvari, kita mati bagi diri kita sendiri. Kita tidak akan bisa berlutut untuk waktu yang lama di sana tanpa melepaskan kesombongan kita, kemarahan kita, melepaskan mimpi-mimpi dan keinginan-keinginan kita. Sebagai gantinya, Allah mengimpartasikan kekuasaan dan menanamkan harapan yang baru dan yang bertahan lama Pertanyaan Refleksi Bagaimanakah Allah membawa Anda berlutut di hadapan-Nya lewat kesukaran-kesukaran dan kemunduran-kemunduran dalam hidupmu?
Doa
Tuanku, segala hal di dalam diri saya menendang-nendang menolak untuk pergi ke bawah kaki Salib dimana Engkau akan mencabut ke akar-akarnya segala sesuatu di dalam saya yang tidak berasal dari-Mu. Tolonglah saya agar tidak takut pada “kematian-kematian” yang saya harus alami untuk saya diubah menjadi pribadi yang merdeka, yang mengasihi-Mu dan orang lain dengan baik. Berilah belas kasihanMu, Ya Tuanku. Dalam
nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Pengkhotbah 3:1 - 8
1Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. 2Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; 3ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; 4ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; 5ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; 6ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; 7ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; 8ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
Renungan
Kita tidak bisa mengendalikan musim-musim; mereka terjadi begitu saja. Musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur tiba apakah kita suka atau tidak. Ritme mereka mengajar kita tentang kehidupan rohani kita dan jalan-jalan Allah. Pertimbangkanlah penjelasan tentang paradoks kematian dan kebangkitan di alam dan dalam hidup kita: Musim gugur adalah musim yang penuh keindahan, tetapi juga musim kemerosotan: siang menjadi lebih pendek, terangnya
berkurang, dan kelimpahan musim panas hilang menuju kematian di musim dingin. Dalam pengalaman musim gugur diri saya sendiri, saya jarang menyadari bahwa biji-biji sedang
ditanam, Tetapi saat saya memperhatikan paradoks kematian dan penyemaian di musim gugur, saya merasakan kekuatan metafora tersebut. Musim gugur dalam pengalaman hidup saya dengan hal-hal yang terjadi pada musim gugur, saya begitu mudah terpaku kepada penampakan-penampakan di permukaan - kepada kehilangan makna, hubungan-hubungan yang memudar, kematian dari sebuah karya. Namun, jika saya melihat lebih dalam lagi, saya dapat menemukan banyak sekali kemungkinan-kemungkinan untuk menghasilkan buah di musim yang akan datang. Saat mengingat kembali, saya melihat ke dalam hidup saya apa yang sebelumnya tidak dapat saya lihat - bagaimana hilangnya pekerjaan saya membuat saya menemukan apa yang seharusnya saya lakukan, bagaimana tanda “jalan ditutup” membuat saya menuju daerah yang harus saya tempuh, bagaimana kehilangan - kehilangan yang tidak dapat ditebus memaksa saya untuk memahami makna-makna yang saya perlu ketahui. Di permukaan kehidupan tampaknya menjadi berkurang, namun secara diam-diam dan berlimpah, benih-benih dari hidup baru selalu saja disemaikan. -Parker Palmer
Pertanyaan Refleksi
Tanda “jalan tertutup” apa yang sedang kamu hadapi yang mungkin saja adalah cara Allah mengarahkan kamu pada sesuatu yang baru?
Doa
Tuan, karuniakan saya dengan hikmat dan kebijaksanaan untuk melihat gambaran yang lebih besar, untuk menanti, dan untuk membedakan musim-musim dalam hidup saya dengan-Mu. Ampunilah saya karena berjuang melawan “kematian-kematian” yang Engkau kirimkan dalam hidup saya yang bertujuan untuk menanam sesuatu yang baru. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 2 Samuel 1:17-20, 24-25
17Daud menyanyikan nyanyian ratapan ini karena Saul dan Yonatan, anaknya, 18dan ia memberi perintah untuk mengajarkan nyanyian ini kepada bani Yehuda; itu ada tertulis dalam Kitab Orang Jujur. 19 Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan! 20Janganlah kabarkan itu di Gat, janganlah beritakan itu di lorong-lorong Askelon,supaya jangan bersukacita anak-anak perempuan orang Filistin, supaya jangan beria-ria anak-anak perempuan orang-orang yang tidak bersunat!
24 Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain Kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu. 25 Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu.
Renungan
Daud tidak hanya menyanyikan ratapan di atas, tetapi ia juga memerintahkan rakyatnya untuk mempelajarinya, menghafalkannya, dan berdiam dalam ratapan sebagai pengalaman mereka.
Rasa sakit bukanlah hal yang paling buruk. Dibenci bukanlah hal yang paling buruk. Dipisahkan dari orang yang kita kasihi bukanlah hal yang terburuk. Kematian bukanlah hal yang terburuk. Hal yang terburuk adalah gagal untuk berhadapan dengan realita kenyataan dan menjadi terputus koneksinya dengan apa yang sebenarnya. Hal yang terburuk adalah meremehkan yang terhormat, menodai yang suci. Apa yang saya lakukan dengan duka saya mempengaruhi caramu menghadapi kedukaanmu; bersama kita membangun sebuah komunitas yang berurusan dengan kematian dan kehilangan-kehilangan lainnya dalam konteks kedaulatan Allah, yang pada akhirnya diekspresikan dalam kebangkitan kita tidak menjadi pribadi manusia yang dewasa dengan mendapatkan keberuntungan atau dengan cerdiknya mengelak kehilangan, dan pastinya juga bukan dengan penghindaran ataupun gangguan/distraksi. Belajarlah meratap. Pelajarilah ratapan ini. Bagaimanapun juga, kita hanya manusia fana. Kita dan semua orang di sekeliling kita dijadwalkan untuk mati. Biasakanlah dengan hal itu. Pikullah salibmu. Tindakan ini mempersiapkan kita dan orang-orang di sekitar kita untuk kebangkitan. -Eugene Peterson
Pertanyaan Refleksi
Apa artinya bagimu untuk menjadi dewasa dengan memasuki realita yang menyakitkan dari kehilangan-kehilangan Anda daripada menghindarinya?
Doa
Tuan, saya telah menghabiskan sebagian besar hidup saya melarikan diri dari rasa sakit dan kehilangan, mengobati rasa sakit saya dan secepatnya meneruskan ke proyek berikutnya - tuntutan baru yang mendesak. Saya meminta rahmat untuk memeluk seluruh kehidupan - sukacita-sukacita dan kesedihan-kesedihan, kematian-kematian dan kelahiran-kelahiran, yang lama dan yang baru. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Ibrani 5:7-8
7Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. 8Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
Renungan
Kapasitas untuk berduka hampir hilang dari budaya kita. Orang-orang menggunakan pekerjaan, televisi, narkoba, alkohol, belanja, makan-makan, kesibukan, petualangan seks, hubungan-hubungan yang tidak sehat, bahkan dengan melayani sesama di Gereja - apa pun itu - untuk mengobati rasa sakit dalam kehidupan. Tahun demi tahun, kita menyangkal dan menghindari kesulitan-kesulitan dan kehilangan-kehilangan dalam hidup, penolakan-penolakan dan rasa-rasa frustasi. Ketika kehilangan masuk ke dalam hidup kita, maka kita menjadi marah pada Allah dan memperlakukan kehilangan tersebut sebagai invasi pihak asing dari luar angkasa.
Sikap seperti itu tidaklah alkitabiah dan sebuah penyangkalan kemanusiawian kita. Pertimbangkanlah contoh-contoh berikut: Orang Ibrani kuno mengekspresikan ratapan-ratapan mereka secara fisik dengan merobek pakaian mereka dan mengenakan kain karung dan debu. Yesus sendiri mengangkat "doa dan permohonan dengan ratap tangisan yang keras". Pada generasi Nuh, Allah berduka dengan kondisi manusia (Kejadian 6). Yeremia menulis enam pengakuan-pengakuan atau ratapan-ratapan dimana ia protes kepada Allah tentang situasi-situasi dalam hidupnya. Kemudian, setelah jatuhnya kota Yerusalem, ia menulis seluruh kitab yang disebut dengan Kitab Ratapan.
Reaksi ilahi menanggapi rasa kehilangan bukanlah dengan menghindarinya atau menutupinya. Alkitab mengajar kita untuk menghadapi kehilangan-kehilangan, kekecewaan-kekecewaan (kecil dan besar) kita dan segala emosi-emosi yang menyertainya dengan jujur dan dengan penuh doa. Mengapa? Karena kehilangan-kehilangan sangat diperlukan untuk berubah dan bertumbuh menjadi para lelaki dan perempuan yang dikehendaki oleh Allah.
Pertanyaan Refleksi
Dalam cara apa saja kamu tergoda untuk menghindari atau menutupi kehilangan-kehilanganmu dan kehilangan karya Allah yang lebih dalam di dalam dirimu?
Doa
Tuhan, saya mengakui bahwa saya lebih suka mengabaikan dan menyangkal rasa sakit dan kehilangan saya. Saya kesulitan untuk memahami bahwa hidup kebangkitan bisa keluar dari kematian. Anugerahi saya keberanian untuk memperhatikan apa yang sedang Engkau kerjakan, dan untuk menantikan-Mu - walaupun segala hal di dalam saya ingin melarikan diri. Dalam nama Yesus, Amin
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 22:1 - 5
1Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. 2Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. 3Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. 4Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. 5Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.
Renungan
Pada tahun 1870 an, Horatio Spafford adalah pengacara Chicago yang sukses dan teman dekat dari penginjil Dwight L. Moody. Spafford banyak sekali berinvestasi dalam daerah perumahan, tetapi kebakaran di Chicago pada tahun 1871 memusnahkan segala miliknya. Putranya meninggal sesaat sebelum bencana tersebut. Spafford dan keluarganya sekarat sekali membutuhkan istirahat, jadi pada tahun 1873, ia merencanakan perjalanan ke Eropa dengan istrinya, Anna, dan keempat putri mereka. Namun, tepat sebelum mereka berangkat untuk berlayar, pada menit-terakhir ada perkembangan di bisnis yang memaksa Horatio harus kembali kerja. Ia tidak mau merusak liburan keluarganya, jadi Spafford membujuk keluarganya untuk pergi sesuai yang telah direncanakan, dan berharap untuk menyusul mereka nantinya.
Dengan keputusan ini, Spafford kembali ke Chicago, dan Anna dan keempat putrinya berlayar ke Eropa. Sayangnya, kapal mereka bertabrakan dengan kapal barang Inggris dan tenggelam hanya dalam 12 menit. Kecelakaan tersebut merenggut nyawa 226 orang. Anna Spafford telah berdiri dengan berani di dek kapal, dengan putri-putrinya (Annie, Maggie, Bessie, dan Tanetta) yang dengan sekarat berpegang erat kepadanya. Ingatan terakhirnya tentang bencana tersebut adalah bayinya yang direnggut kekuatan air laut dari pegangan tangannya. Hanya 9 hari kemudian, Spafford menerima telegram dari istrinya di Wales. Telegram itu berbunyi: “Diselamatkan Sendiri”.
Ketika Horatio Spafford menyebrangi laut untuk bertemu dengan istrinya yang berduka, ia berlayar dekat tempat dimana keempat putrinya tenggelam ke kedalaman laut. Disana, di tengah kesedihannya, ia menulis “It Is Well with My Soul”. Kata-kata dalam himne/kidung pujian Spafford telah membawa kenyamanan kepada banyak yang berduka:
Ketika kedamaian, seperti sungai, menghadiri saya,
Ketika kesedihan, seperti ombak, menerjang saya,
Apapun keadaan saya, Engkau telah mengajar saya untuk mengatakan,
Semua baik-baik saja, semua baik-baik saja, dengan jiwa saya.
Walaupun Iblis menyalibkan, walaupun pencobaan datang,
Biarlah jaminan berkat ini mengambil kendali,
Bahwa Kristus, memperdulikan keadaan saya yang tidak berdaya,
Telah mencurahkan darah-Nya sendiri bagi jiwa saya.
Pertanyaan Refleksi
Bagian apa dari kisah Spafford dan hubungannya dengan Kristus
yang paling menyentuh hatimu?
Doa
Bapa, saya hanya bisa bersujud di hadapanMu kehilangan dan penderitaan yang tidak terbayangkan. Seperti itu saya bergabung dengan Spafford dan berdoa kepada-Mu: “Apapun bagian keadaan saya, Engkau telah mengajar saya untuk mengatakan, semua baik-baik saja, semua baik-baik saja, dengan jiwa saya”. Dalam nama putra-Mu, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Yohanes 3:26 - 30
26Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ”Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” 27Jawab Yohanes: ”Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. 28Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. 29Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. 30Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
Renungan
Mengalami kehilangan membuat kita menghadapi sisi kemanusiawian dan keterbatasan-keterbatasan kita. Kita cepat sekali menyadari bahwa kita tidak memegang kendali hidup kita; Allahlah yang memegang kendali. Kita hanyalah makhluk ciptaan, bukan Sang Pencipta. Pertimbangkanlah Yohanes Pembaptis sebagai contoh. Orang banyak yang semula mengikuti Yohanes untuk dibaptis beralih kesetiaan kepada Yesus segera setelah Ia memulai pelayanan-Nya. Mereka mulai meninggalkan Yohanes dan mengikuti Yesus. Beberapa murid Yohanes menjadi kesal karena kejadian peralihan yang dramatis ini. Mereka mengeluh kepadanya, “Semua orang pergi kepada-Nya” (Yohanes 3:26). Yohanes memahami limitasi-limitasi/keterbatasan-keterbatasannya dan menjawab, “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga” (Yohanes 3:27). Ia mampu menerima keterbatasan-keterbatasannya, kemanusiawiannya, dan penurunan popularitasnya dan berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30). Turun dari takhta kita dan bergabung dengan semua manusia adalah keharusan jika kita ingin mengembangkan kedewasaan rohani. Kita bukanlah pusat dari alam semesta. Alam semesta tidak berputar di sekitar kita.
Namun sebagian dalam diri kita membenci keterbatasan-keterbatasan itu. Kita tidak mau menerimanya. Ini adalah salah satu alasan utama bahwa berduka secara Alkitabiah atas kehilangan-kehilangan kita adalah bagian yang tidak bisa dibuang dari kedewasaan rohani. Memeluk keterbatasan-keterbatasan kita akan membuat kita rendah hati seperti hal yang lainnya.
.
Pertanyaan Refleksi
Sebutkanlah satu atau dua keterbatasan-keterbatasan yang Allah telah tempatkan dalam hidupmu sebagai hadiah?
Doa
Tuan, ampunilah kesombongan saya yang melihat gangguan-gangguan atas rencana-rencana saya sebagai invasi-invasi pihak asing. Ampunilah saya karena secara konstan mencoba untuk melakukan lebih dari yang Engkau kehendaki dalam hidup saya. Tolonglah saya untuk menjadi seperti Yohanes Pembaptis, memeluk kehilangan-kehilangan saya dan menghargai keterbatasan-keterbatasan saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Lukas 19:41-44
41Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 42kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. 43Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, 44dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Renungan
Kata bahasa Yunani yang digunakan untuk menggambarkan Yesus menangis atas Yerusalem adalah kata yang menggambarkan seseorang yang meratap atau tersedu-sedu. Bayangkanlah suasananya!
Sayangnya, banyak dari kita, tidak seperti Tuhan, merasa tertuduh ketika menunjukkan perasaan-perasaan kita seperti kesedihan dan amarah. Masalahnya adalah ketika kita menyangkal rasa sakit, kehilangan-kehilangan, dan perasaan-perasaan kita tahun demi tahun, kita berubah secara perlahan ke dalam cangkang kosong dengan wajah tersenyum yang dilukis di kulitnya. Tetapi ketika kita mulai memperbolehkan diri kita merasakan lebih banyak emosi (termasuk kesedihan, depresi, ketakutan, dan amarah), perubahan mendalam terjadi dalam hubungan kita dengan Allah. Ken Gire menulis:
C. S. Lewis mengatakan bahwa “kita harus serahkan kepada Allah semua yang ada di dalam kita, bukan apa yang seharusnya ada di dalam kita.” Semua hal yang berupa “seharusnya” akan mencegah kita dari mengatakan yang sebenarnya. Mereka juga
menghalangi kita dari merasakan kebenaran. Khususnya, kebenaran tentang rasa sakit kita. Ketika Yesus menyadari betapa dekatNya Dia dengan kematian-Nya sendiri, Ia pergi ke tempat sunyi dan berdoa. Kita diberi tahu bahwa Ia menderita dengan “ratap tangis dan keluhan” (Ibrani 5:7). Kita juga diberi tahu bahwa Ia jatuh ke tanah, dimana Ia berdoa dengan sungguh-sungguh dan berpeluh banyak (Lukas 22:44).
Kejadian ini bukan lukisan Renaissance. Ini adalah gambaran nyata, sebuah gambaran tentang bagaimana kita seharusnya berdoa ketika Bumi di bawah kaki kita mulai bergoncang. Kita berdoa semampu kita, dengan kata-kata apapun yang kita bisa.
Kita berdoa dengan keringat kita, dengan air mata kita. Dan dengan siapapun teman yang kita punya yang akan duduk bersama kita dalam lembah kegelapan. Pertanyaan Refleksi Bagaimanakah kehidupan doamu dapat berubah ketika kamu menyerahkan kepada Allah apa yang sebenarnya ada di dalammu dan bukan apa yang kamu pikirkan seharusnya berada di dalammu?
Doa
Abba Bapa, saya mengakui bahwa saya seringkali takut dan malu untuk secara terbuka mengatakan kepada-Mu segala yang terjadi di dalam saya - walaupun saya tahu Engkau juga mengetahuinya. Ajarkan saya apa artinya keberanian dalam berdoa ketika saya mendekat ke tahta kasih-Mu. Dalam nama Yesus, Amin
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Ayub 42:12-17
12Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. 13Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan; 14dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh. 15Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki. 16Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat. 17Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.
Renungan
Berduka dengan baik bukan hanya melepaskan, tetapi juga membiarkan kehilangan itu memberkati kita. Ayub melakukan hal ini.
Kehidupan lama Ayub benar-benar selesai. Pintu tersebut tetap tertutup. Hal itu adalah sumber duka besar yang timbul dari kehilangan-kehilangan kita. Semua ini ada akhirnya. Kita tidak bisa mendapatkan kembali apa yang sudah hilang. Tetapi jika kita mengikuti jalurnya Ayub, kita akan diberkati. Itulah salah satu pelajaran yang utama dalam kisah Ayub. Ia menempuh jalan yang sulit dengan memperbolehkan kehilangan-kehilangannya melapangkan jiwanya untuk Allah, dan Allah memberkahinya dengan kelimpahan secara luar biasa berkelimpahan. Ayub tidak hanya berubah secara rohani, tetapi Tuhan memberkatinya dengan kemakmuran yang baru. Kekayaannya berlipat ganda(double), Allah sekali lagi memberinya 10 anak, dan ia hidup sampai lanjut usia. Kisah ini bertujuan untuk memberi semangat kepada kita untuk mempercayai Allah yang hidup dengan banyak “kematian-kematian kecil” yang kita alami dalam hidup kita.
Pesan inti Kristus adalah bahwa penderitaan dan kematian membawa kebangkitan dan perubahan. Yesus sendiri mengatakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:24). Tetapi ingatlah, kebangkitan hanya datang setelah kematian - kematian sebenarnya. Kehilangan-kehilangan kita nyata, dan begitu juga Allah kita nyata - Allah yang hidup.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana cara Allah datang kepadamu melalui “kematian-kematian kecil” dalam hidupmu sekarang?
Doa
Tuhan, setelah kehilangannya, Engkau memberi Ayub kemakmuran, memberkati dia dua kali lipat dari yang dia miliki sebelumnya, tetapi hal itu belum selalu terasa seperti pengalaman saya. Karuniakan kepada saya kesabaran. Tolong saya untuk mempercayai dan menantikan Engkau, khususnya dalam area-area di hidup saya dimana saya tidak tahu apa yang Engkau kerjakan, kapan kesulitan saya berakhir, atau kemana Engkau memimpin saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Minggu 6
Menemukan Ritme Ibadah Harian dan Sabat
​
Banyak dari kita yang ingin sekali mengembangkan hubungan dengan Tuhan. Karena kita sibuk, sangat sibuk. Dan jika kita tidak sibuk, kita merasa bersalah karena membuang-buang waktu dan tidak produktif. Kita berusaha untuk berhenti cukup lama untuk bersama Yesus untuk menumbuhkan pengalaman langsung kita akan Allah.
Tetapi Tuhan menawarkan kepada kita sebuah cara untuk hidup berakar lebih dalam di dalam Dia. Hal ini dapat ditemukan dalam dua disiplin kuno yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu Ibadah Harian dan Sabat. Ketika ditempatkan di dalam Kekristenan masa kini, Ibadah Harian dan Sabat merupakan terobosan baru, tindakan yang berlawanan dengan budaya Barat yang serba cepat. Keduanya menawarkan sebuah ritme untuk bersama dengan Tuhan dalam dunia kita yang kacau, yang memungkinkan kita untuk menyatu dengan hadirat Tuhan di sepanjang hari dan minggu.
Hari 1: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Lukas 8:11-15
11“Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. 12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. 13Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. 14Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. 15Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Renungan
Kesadaran akan kasih Allah - dan menanggapinya - itulah jantung kehidupan kita.
Setiap saat dan setiap kejadian-kejadian dari setiap kehidupan manusia di bumi seperti menanam ke dalam jiwanya. Sama seperti angin membawa ribuan biji-biji yang bersayap, demikianlah setiap momen membawa besertanya di dalam bibit-bibit untuk ketahanan hidup dari kehidupan kerohanian kita yang datang untuk secara tidak diketahui, untuk beristirahat di dalam pikiran-pikiran dan kemauan-kemauan manusia.
Kebanyakan dari benih-benih yang tak terhitung (dan kebanyakan mati dan hilang), karena manusia tidak siap untuk menerima benih-benih; untuk jenis2 bibit seperti ini tidak dapat bertumbuh di sembarangan tempat kecuali di dalam tanah - tanah yang baik yang mengandung kemerdekaan, spontanitas, dan kasih.
Ini bukanlah suatu gagasan baru. Kristus sejak zaman dulu dalam perumpamaan tentang penabur mengajarkan kepada kita bahwa, "Benih itu ialah firman Allah." Kita sering kali berpikir bahwa penerapan dari (benih adalah firman Allah) hanya terjadi secara formil waktu Firman Injil dikhotbahkan di gereja-gereja pada hari Minggu... Tetapi setiap ekspresi dari kehendak Allah itu sama saja secara tidak langsung adalah benih yang adalah si "firman" Allah itu dan karena itu setiap "benih" yang adalah "Firman Allah" adalah benih hidup baru. Kenyataannya di dalam realita kehidupan bersama Tuhan, itu terus menerus berubah dalam kehidupan ini seharusnya untuk mencelikkan mata kita bahwa tidaklah mustahil untuk memiliki dialog dengan Allah tanpa gangguan apapun.
Kita perlu belajar untuk menyadari bahwa kasih Allah yang selalu mencari kita dalam setiap situasi, dan mencari demi kebaikan kita. -Thomas Merton
Pertanyaan Refleksi
Ambil waktu sejenak untuk jeda dan pertimbangkanlah harimu. Benih-benih apa saja yang mungkin datang dari Allah yang kamu tidak mau terlewatkan, mungkin sudah datang kepada Anda, namun Anda tidak tahu, yang mana Anda sudah kehilangan ?
Doa
TUHAN ku, aku memuji Engkau karena kasih-Mu selalu mencari demi kebaikanku dalam segala dan setiap situasi. Ampuni aku untuk benih-benih yang aku telah sia-siakan. Lembutkanlah hatiku untuk rela berserah kepada kehendak-Mu di dalam dan melalui hidupku. Dalam namaMu Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 1: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Kejadian 2:9b, 15-17
9b dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. 15Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. 16Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Renungan
Inti kedisiplinan dalam melakukan Ibadah Harian dan Sabat adalah berhenti untuk berserah kepada Allah dalam kepercayaan. Kurangnya kepercayaan adalah inti dari dosa di Taman Eden. Adam dan Hawa secara sah bekerja dan menikmati pencapaian-pencapaian mereka di Taman Eden. Namun, mereka dipanggil untuk memeluk keterbatasan-keterbatasan mereka dan untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Mereka tidak dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui apa yang menjadi milik Allah yang Maha Kuasa.
Seperti yang disampaikan seorang ahli teologi, Robert Barron, jantung dari dosa asal adalah penolakan untuk menerima ritme Allah bagi kita. Esensi dari diciptakan sesuai gambaran rupa Allah adalah kemampuan kita, seperti Allah, untuk berhenti. Kita meng-imitasi Allah dengan berhenti bekerja dan beristirahat. Jika kita bisa berhenti satu hari dalam seminggu, atau untuk melakukan Sabat mini setiap hari (Ibadah Harian), kita menyentuh sesuatu yang berada di dalam kedalaman diri kita sebagai pembawa gambaran Allah. Otak, tubuh, roh, emosi semangat kita dirangkai oleh Allah untuk ritme bekerja dan beristirahat di dalam-Nya.
Berhenti melakukan Ibadah Harian atau Sabat tidak berarti keharusan menambah tugas yang lain kepada jadwal harian kita yang sudah sibuk. Hal ini sepenuhnya adalah cara yang baru untuk ada di dunia, mengatur kembali seluruh hari-hari kita ke arah yang baru dari Allah.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana Anda mendengar undangan untuk “berhenti dan berserah kepada Allah dengan percaya” pada hari ini?
Doa
TUAN, tolonglah saya untuk menggenggam diri-Mu dengan erat. Saya membutuhkan-Mu. Bebaskanlah saya untuk mulai mengatur ulang hidup saya di sekitar-Mu, dan hanya dengan Engkau saja. Tolong saya untuk memberi perhatian dan menghormati bagaimana cara-Mu menciptakan saya dengan unik. Terima kasih atas karunia beristirahat. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 1 Raja-Raja 19:11-12
11Lalu firman-Nya: “Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan!” Maka Tuhan lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului Tuhan. Tetapi tidak ada Tuhan dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan dalam gempa itu. 12Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Renungan
Ketika Allah menampakkan diri kepada Elia (setelah ia melarikan diri dari Izebel dan mengalami depresi sehingga ingin bunuh diri), Allah memberi tahu Elia untuk berdiri dan menantikan hadirat Tuhan untuk melewatinya. Allah tidak menampakkan diri dengan cara yang sama seperti di masa lalu. Allah tidak ada di dalam angin (seperti ketika Allah berbicara dengan Ayub), gempa bumi (seperti ketika Allah memberikan 10 Perintah Allah di Gunung Sinai), atau api (seperti semak yang terbakar yang Musa lihat). Allah menyatakan diri-Nya kepada Elia dalam “angin sepoi-sepoi”, yang juga bisa diartikan sebagai “suara di keheningan”. Terjemahan umum dari bagian ini tidak menggambarkan sepenuhnya apa yang dikatakan dalam Alkitab asli berbahasa Ibrani, tetapi apa yang bisa dilakukan oleh si penerjemah? Bagaimana cara Anda dapat mendengar kesunyian? Kesunyian setelah kekacauan, untuk Elia dan untuk kita, adalah dipenuhi oleh hadirat Allah.
Allah berbicara kepada Elia dari dalam kesunyian. Allah mengundangmu untuk berdiri dan menanti seperti Elia. Mengapa? Allah juga ingin berbicara kepadamu melalui “suara hening”.
Pertanyaan Refleksi
Kapankah kamu dapat menyisihkan waktu lebih untuk kesunyian yang tidak terganggu untuk mendengar Allah?
Doa
TUAN, Engkau mengetahui betapa sulitnya untuk saya berdiam diri di hadapan-Mu. Kadang-kadang rasanya hampir mustahil, dengan segala tuntutan-tuntutan, gangguan-gangguan, dan kebisingan di sekitar saya. Saya mengundang Engkau untuk memimpin saya ke tempat yang tenang dan sunyi di hadapan-Mu - ke tempat dimana saya dapat mendengarMu seperti yang Elia lakukan. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 46:2 - 4, 11
2Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. 3Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; 4sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. 11“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”
Renungan
Banyak orang secara tekun mencari, tetapi mereka sendiri menemukan siapa saja yang tetap berdiam terus menerus. Setiap orang yang sukanya banyak berkata-kata, walaupun ia mengatakan hal-hal yang mengagumkan, ternyata hampa dalamnya. Jika kamu mencintai kebenaran, jadilah pecinta kesunyian. Kesunyian, seperti sinar matahari, akan menyinari kamu di dalam Allah dan akan membebaskan kamu dari hantu-hantu pengabaian (the phantoms of ignorance). Kesunyiaan akan menyatukan kamu dengan Allah sendiri.
Sukailah kesunyiaan lebih dari apapun: kesunyian akan membuat Anda berbuah lebih dari apa yang tidak dapat digambarkan. Pada awalnya, kita harus memaksa diri kita untuk berdiam. Tetapi kemudian, ada suatu hal yang lahir yang menarik kita kepada kesunyiaan. Kiranya Allah memberimu pengalaman ke “hal” ini yang lahir dari kesunyiaan. Jika saja kamu mempraktekkannya, terang yang tak terbilang akan terbit sebagai konsekuensinya, setelah beberapa waktu, suatu kemanisan akan terbit pada jantung dari latihan ini dan tubuh kita akan ketarik hampir seperti paksaan, muncul di pusat latihan ini dan tubuh kita akan ketarik, hampir seperti paksaan, untuk tetap berdiam. -Ishak dari Niniwe
Pertanyaan Refleksi
Apa yang menghalangi kamu untuk berdiam?
Doa
Tuhan, tolong saya untuk berdiam dan untuk menanti-Mu dengan sabar di dalam kesunyiaan. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Markus 2:23-28
23Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 24Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” 25Jawab-Nya kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 26bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu – yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam – dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” 27Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 28jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”
Renungan
Sabat tidak bergantung kepada kesiapan kita untuk berhenti. Kita tidak berhenti ketika kita sudah selesai. Kita tidak berhenti ketika kita sudah menyelesaikan panggilan-panggilan telepon kita, menyelesaikan proyek kita, membaca semua hal dalam tumpukan pesan - pesan buat kita, atau mengerjakan laporan yang jatuh tempo besok. Kita berhenti karena memang waktunya untuk berhenti.
Sabat membutuhkan kita untuk berserah. Jika kita hanya berhenti ketika semua pekerjaan kita selesai, kita tidak akan pernah berhenti - karena pekerjaan kita tidak pernah benar-benar selesai. Dengan setiap pencapaian, akan ada tanggung jawab yang baru. Jika kita menolak untuk beristirahat sampai kita selesai, kita tidak akan pernah beristirahat sampai kita meninggal. Sabat dissolve/melarutkan rasa buru-buru yang kita buat sendiri dari keseharian kita, karena hal ini membebaskan kita dari kebutuhan/keperluan untuk selesai.
Kita berhenti karena ada kekuatan-kekuatan yang lebih besar daripada kita yang memelihara alam semesta, dan sementara upaya-upaya kita juga penting, diperlukan, dan berguna, mereka tidak (kita juga) tidak diperlukan, Alam semesta entah bagaimana akan mengatur tanpa kita untuk jam ini, hari ini, dan karena itu kita diundang - tidak, kita diperintahkan - untuk relax, dan relatif menikmati ketidakpentingan kita , tempat kita yang sederhana di meja dunia yang sangat besar.. Jangan khawatir tentang hari esok, Yesus berkata berulang-ulang kali. Biarlah pekerjaan hari ini mencukupi.
Sabat mengatakan, Berdiamlah. Berhenti. Tidak perlu terburu-buru untuk mencapai akhirnya, karena kita tidak pernah selesai. -Wayne Muller
Pertanyaan Refleksi
Apakah ketakutan terbesarmu dalam berhenti selama 24 jam setiap minggu?
Doa
Memelihara Sabat, Tuhan, akan membutuhkan banyak perubahan dalam gaya hidup saya. Ajarkanlah saya, Tuhan, bagaimana mengambil langkah selanjutnya dengan Sabat ini dengan cara yang sesuai dengan kepribadian dan keadaan saya yang unik. Tolong saya untuk mempercayai-Mu dengan segala hal yang tetap tidak terselesaikan dan untuk menikmati tempat saya yang sederhana di dalam dunia-Mu yang sangat besar. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 23:1-3
1Mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. 2Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; 3Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Renungan
Sabat mengajarkan kepada kita kasih karunia karena hal ini menghubungkan kita secara pengalaman kepada kebenaran dasar yaitu bahwa tidak ada yang kita lakukan akan membuat kita menerima/earn kasih Allah. Selama kita bekerja keras, menggunakan karunia2 kita untuk melayani orang lain,menikmati sukacita dan kerja keras dalam pekerjaan, kita selalu dalam bahaya untuk percaya bahwa tindakan-tindakan kita ini memicu kasihnya Allah bagi kita. Hanya pada saat kita berhenti, benar-benar berhenti, kita dapat mengajar hati dan jiwa kita bahwa kita dikasihi terlepas dari apa yang kita perbuat.
Selama di hari beristirahat, kita mempunyai kesempatan untuk menarik nafas dalam-dalam dan melihat kepada kehidupan kita. Allah itu tetap bekerja di setiap menit dalam hari-hari kita, namun kita jarang memperhatikannya. Untuk memperhatikan membutuhkan berhenti secara intensional, dan Sabat menyediakan kesempatan tersebut. Saat Sabat, kita dapat mengambil waktu untuk melihat keindahan daun dari pohon maple, yang diciptakan dengan sangat hati-hati oleh Pencipta yang mengasihi kita.
Tanpa waktu untuk berhenti, kita tidak bisa memperhatikan tangan-Nya Allah dalam kehidupan kita, mempraktekkan bersyukur, keluar dari nilai-nilainya budaya kita, atau mengekplorasikan kerinduan terdalamnya kita. Tanpa waktu untuk beristirahat, kita akan benar-benar merusak kemampuan kita untuk mengalami kasih Allah yang tidak bersyarat dan penerimaan-Nya. Sabat adalah sebuah hadiah yang berkat-berkatnya tidak dapat ditemukan di tempat lain. -Lynne Baab
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana cara kamu mengijinkan Allah memimpin kamu ke “air yang tenang” dari peristirahatan di minggu ini agar kamu mengalami kasih-Nya yang tidak bersyarat dan penerimaan-Nya?
Doa
Tuhan, sekarang saya menarik napas dalam-dalam dan berhenti. Seringkali saya tidak menyadari tangan-Mu dan anugerah-anugerah dalam hidup saya karena saya sibuk dan khawatir. Anugerahkan kepada saya kekuatan untuk berhenti sejenak setiap hari dan setiap minggu untuk cukup beristirahat dalam tangan-Mu yang penuh kasih. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Yohanes 15:4 - 6
4Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 6Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Renungan
Ketika kita lebih sibuk dari pada yang Allah minta, kita melakukan kekerasan kepada diri kita sendiri. Thomas Merton mengerti hal ini dan menulis:
Ini adalah bentuk kekerasan kontemporer yang pervasive banyak aktivitas dan terlalu banyak pekerjaan. Buru-buru dan tekanan dalam kehidupan modern adalah suatu bentuk, mungkin bentuk yang paling umum, dari kekerasan bawaan.
Mengijinkan diri kita untuk terbawa oleh banyaknya kekhawatiran yang saling bertentangan, untuk menyerah kepada banyaknya tuntutan. Menetapkan diri dalam mengerjakan terlalu banyak proyek, berkeinginan untuk menolong setiap orang dalam setiap hal, adalah menyerah kepada kekerasan. The frenzy.. membunuh akar hikmat manusia baru, dimana hikmat ini membuat pekerjaan berbuah. Dan ketika kita melakukan kekerasan ini kepada diri kita sendiri, kita tidak mampu untuk mengasihi orang lain dari dalam dan melalui kasihnya Kristus.
Pertanyaan Refleksi
Dalam cara apa saja kamu lebih sibuk dari yang Allah minta?
Doa
Bapa, saya tahu betapa seringnya saya terbawa oleh terlalu banyak kekhawatiran - kekhawatiran dan tuntutan-tuntutan dan proyek-proyek. Saya telah merasakan kekerasan kepada jiwa saya. Bebaskan saya dari angin puting beliung di sekitar saya dan di dalam saya. Sembuhkan roh saya yang letih dan lesu, ijinkan hikmat yang datang dari berdiam di dalam-Mu untuk mengalir ke dalam batin saya. Dalam nama Yesus, Amin.
​
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 13:31-33
31Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 32Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.” 33Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”
Renungan
Dalam dua perumpamaan di atas yang menggambarkan kerajaan Allah, kita mendengar Yesus memanggil kita untuk memperlambat tempo dan ambil waktu untuk memandang lebih dalam kepada kehidupan kita.
Kita mampu bekerja tanpa berhenti, lebih cepat dan lebih cepat, lampu listrik yang membuat hari siang buatan, sehingga seluruh mesin dapat bekerja tanpa henti. Tapi ingat: Tidak ada makhluk hidup yang hidup seperti ini. Ada ritme-ritme lebih besar yang memerintah bagaimana kehidupan bertumbuh: musim-musim dan matahari terbenam dan pergerakan hebat laut-laut dan bintang-bintang. Kita adalah bagian dari kisah penciptaan, tunduk kepada hukum-hukum dan ritme-ritmenya.
Untuk berserah kepada ritme-ritme musim-musim menghasilkan dan musim berbunga dan masa dorman adalah mengecap rahasia kehidupan itu sendiri.
Banyak ilmuwan yang percaya bahwa kita “dirajut/hard-wired” seperti ini, untuk hidup dalam kesadaran ritme, untuk berada di dalamnya dan kemudian melangkah keluar, untuk bersama-sama dan kemudian berpisah, untuk bekerja dan kemudian beristirahat. Ini diikuti dengan perintah untuk mengingatkan bahwa hari Sabat bukanlah keharusan yang membebani dari dewa pemberi hukum - “Kamu patut, kamu sebaiknya, kamu harus” - tetapi sebenarnya mengingat pada hukum yang sudah tertanam kuat ke dalam sifat alam. Hal ini adalah pengingat tentang bagaimana keadaan sebenarnya, dansa ber-ritme menari yang membuat kita tidak bisa menghindar sebagai bagian-Nya. -Wayne Muller
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana ritme-ritme yang kamu lihat di alam (contohnya musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin, siang, malam) dapat berbicara kepadamu dan merujuk kepada jenis ritme-ritme yang kamu inginkan bagi kehidupanmu sendiri?
Doa
Tuhan, saya berterima kasih karena Engkau sedang bekerja bahkan ketika saya tidur. Ajarlah saya untuk menghormati ritme-ritme yang sudah dibangun di dalam kehidupan, dan untuk hidup di dalam tempat beristirahat di dalam-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 92:2-7
2Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, 3untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam, 4dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. 5Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya Tuhan, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai. 6Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya Tuhan, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu. 7Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu.
Renungan
Mazmur 92 adalah sebuah nyanyian yang dimaksudkan untuk Sabat. Mazmur ini bertindak sebagai dakwaan terhadap budaya masa kini yang penuh kelelahan dan kehancuran. Mazmur ini juga menyampaikan kepada kita dengan penglihatan positif tentang (apa yang akan terjadi jika) mengamati Sabat yang membawa kita jauh melampaui hanya sekadar penangguhan hukuman dari enam hari yang melelahkan.
Sabat adalah fokus dan puncak dari kehidupan yang prakteknya dikhususkan untuk memuliakan Allah. Abraham Joshua Heschel mengamati, “Kecuali kita mempelajari bagaimana cara menikmati rasa Sabat selagi masih berada di dunia ini, kecuali kita mulai menghargai kehidupan kekal, kita tidak akan bisa menikmati rasa kekekalan di dunia yang akan datang.” Kita sangatlah naif jika kita berpikir bahwa dengan kita menyia-nyiakan banyak karunia besar penciptaan ini, kita tidak akan melakukan hal yang sama dengan karunia-karunia di surga. Mempraktekkan Sabat, dalam pandangan ini, adalah seperti tempat pelatihan untuk kehidupan kekal, sebuah persiapan untuk resepsi penuh dan menyambut hadiratnya Allah. -Norman Wirzba
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana memelihara hari Sabat (untuk selama 24 jam penuh) atau mempraktekkan ibadah harian (Sabat murni selama beberapa menit) menyediakan bagi Anda cita rasa dari kekekalan ?
Doa
Tuhan, tunjukkan kepada saya bagaimana cara menyambut hadirat-Mu, tidak hanya satu hari dalam seminggu, tetapi setiap hari. Latihlah saya untuk kekekalan. Karuniakan saya dengan citarasa surga melalui pengalaman istirahat Sabat yang sejati. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
​
Pembacaan Firman: Ulangan 5:12-15
12Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu. 13Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 14tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang mana pun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. 15Sebab haruslah kau ingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh Tuhan, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
Renungan
Sabat dimaksudkan untuk membentuk hidup kita sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan. Perintah Allah yang keempat ini menyerukan untuk satu hari untuk beristirahat - bahkan untuk orang yang sudah diperbudak selama ini. Alasan dalam kitab Ulangan memelihara hari Sabat adalah karena nenek moyang kita di Mesir bekerja tanpa liburan selama 400 tahun (Ulangan 5:15). Tidak pernah berhenti bahkan untuk sehari saja. konsekuensinya: mereka tidak lagi dianggap sebagai seorang pribadi, tetapi sebagai budak. Tangan2. Unit - unit kerja. Bukan pribadi yang diciptakan serupa gambar Allah, tetapi sekedar peralatan untuk membuat batu - batu bata dan membangun piramida - piramida. Kemanusiaan telah dirusak. -Eugene Peterson
Memelihara hari Sabat dimaksudkan untuk menjadi sebuah pengalaman dari kebenaran bahwa kita ini bukanlah “mesin bekerja”, melainkan anak laki-laki atau perempuan Allah yang sangat dikasihi. Ia tidak tertarik dengan memakai kita untuk menyelesaikan pekerjaan; Allah bersukacita di dalam kamu. Ia menyediakan waktu bebas sekali dalam seminggu agar kamu dapat menikmati dilepaskannya kita dari segala bentuk penindasan dan perbudakan.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana kebenaran ini bahwa Allah tidak mau memakai kamu, tetapi Allah mau menikmatimu, memberikan kepada kamu sebuah gambaran untuk merayakan hari Sabat?
Doa
Tuhan, istirahat di hari Sabat benar-benar sebuah hadiah yang luar biasa! Terima kasih Tuhan bahwa tidak ada yang bisa saya lakukan akan membuat saya dapat memperoleh kasih-Mu; kasih-Mu datang tanpa ada ikatan apapun. Sementara saya memejamkan mata selama beberapa menit di hadapan-Mu, yang bisa saya katakan hanyalah, terima kasih! Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Minggu 7
Bertumbuh Menjadi Orang yang Dewasa secara Emosi
​
Untuk menjadi orang dewasa Kristen yang dewasa secara emosional kita harus mengenali bahwa dengan baik adalah esensi dari spiritualitas yang sejati. Dari hubungan kita dengan Allah, dan dengan diri kita sendiri, kita belajar sebuah kebenaran yang sederhana dan kuat dari Yesus-bahwa mengasihi Allah dan mengasihi orang lain merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (Matius 22:37-40).
Namun untuk menjadi dewasa secara emosional, kita perlu belajar, berlatih, dan mengintegrasikan keterampilan seperti berbicara dengan penuh hormat, mendengarkan dengan empati, menegosiasikan konflik dengan adil, dan tidak malu-malu mengungkapkan perasaan tersembunyi yang kita miliki kepada orang lain.untuk menyebut beberapa di antaranya.
Hal ini juga membutuhkan pembaruan dan transformasi yang berkelanjutan, sesuatu yang Ibadah Harian membantu kita untuk melakukannya dengan secara rutin menempatkan diri kita di hadirat Tuhan. Ketika kita berlama-lama di hadirat Allah, Dia melembutkan kita untuk menjadi lebih murah hati. Dan yang paling penting, kita menerima kasih Allah sedemikian rupa sehingga kita dapat memberikannya kepada orang-orang di sekitar kita.
Hari 1: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Lukas 9:49 - 55
49Yohanes berkata: “Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” 50Yesus berkata kepadanya: “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak Kamu.” 51Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, 52dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. 53Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. 54Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” 55Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
Renungan
Kita seringkali lupa bahwa orang-orang yang Yesus pilih untuk membentuk tim kepemimpinan dari gereja-Nya adalah orang-orang yang tidak dewasa rohani maupun emosi. Seperti kita, mereka masih harus belajar banyak.
Petrus, yang seharusnya pemimpin yang utama, memiliki masalah besar dengan mulutnya dan penuh kontradiksi. Andreas, saudara laki-laki Petrus, adalah seorang pendiam dan selalu ada di belakang layar. Yakobus dan Yohanes dipanggil “anak-anak guruh” karena mereka berdua agresif, pemarah, ambisius, dan tidak toleran. Filipus skeptis dan negatif. Ia mempunyai penglihatan yang terbatas. “Kita tidak mungkin bisa melakukan itu,” meringkas kekurangan imannya pada waktu diperhadapkan dengan permasalahan harus memberi makan bagi 5000 orang. Natanael Bartolomeus adalah orang yang penuh prasangka dan penuh opini. Matius adalah seorang yang paling dibenci di Kapernaum, bekerja dalam profesi yang melecehkan orang-orang tidak bersalah. Thomas adalah seorang yang melankolis, agak depresif, dan pesimis. Yakobus, anak Alfeus, dan Yudas, anak Yakobus, bukan siapa-siapa. Alkitab tidak menceritakan apa-apa tentang mereka. Simon orang Zelot adalah seorang pejuang kemerdekaan dan teroris di masanya. Yudas, si bendahara, seorang pencuri dan seorang penyendiri. Dia pura-pura menjadi orang yang loyal kepada Yesus dan kemudian mengkhianati-Nya. Namun, kebanyakan dari mereka memiliki satu kualitas yang luar biasa. Mereka semua adalah orang-orang yang rela/ tersedia. Hanya inilah yang Allah minta dari kita.
Pertanyaan Refleksi
Satu langkah apa yang dapat Anda ambil untuk menempatkan diri Anda (dengan segala kekurangan Anda) ke dalam tangan Yesus, mengundang-Nya untuk membentuk Anda menjadi murid Yesus yang dewasa secara rohani dan emosi?
Doa
Tuhan Yesus, Saya dapat melihat diri saya sama seperti murid-murid Yesus yang ingin memanggil api turun dari sorga atas orang-orang Samaria dan yang bertengkar/berjuang untuk kedudukan yang paling besar. Ampunilah kesombongan saya. Bersihkanlah saya dan penuhi saya dengan kuasa-Mu sehingga saya dapat mengasihi dengan baik hari ini demi nama-Mu.Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 1: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Markus 5:30-34
30Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” 31Murid-murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” 32Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. 33Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. 34Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
Renungan
Sebagai orang Kristen yang dewasa secara emosi, kita mengakui bahwa mengasihi dengan benar adalah esensi dari kerohanian sejati. Hal ini mengharuskan kita untuk mengalami hubungan terkoneksi dengan Allah, dengan diri kita sendiri, dan dengan orang lain. Allah mengundang kita untuk mempraktekan hidup dalam hadirat-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada saat yang sama, Ia mengundang kita untuk “praktek hidup dalam kehadiran orang lain”, di dalam kesadaran akan hadirat Allah, dalam hubungan-hubungan sehari-hari kita. Sedihnya, kedua praktek ini jarang sekali dibawa secara bersama-sama.
Kehidupan doa kontemplatif (berada bersama Tuhan) Yesus yang amat mendalam dengan Bapa-Nya menghasilkan kehadiran yang kontemplatif dengan orang lain. Kasih adalah “menyatakan keindahan orang lain ke diri mereka sendiri”, ditulis oleh Jean Vanier. Yesus melakukan hal ini dengan setiap orang yang Ia temui. Kita melihat hal ini dalam interaksi-nya dengan wanita yang menderita pendarahan selama 12 tahun (Markus 5).
Kemampuan ini untuk sungguh-sungguh mendengarkan dan memberi perhatian kepada orang lain adalah inti dari misinya Yesus, dan hal ini tidak menggerakkan-Nya kepada belas kasihan. Dengan cara yang sama, dari waktu kontemplatif kita bersama Allah, kita juga diundang untuk, dengan penuh doa, hadir bagi orang lain, menyatakan keindahan mereka kepada mereka sendiri. Sayangnya, pemimpin agama di waktu Yesus masih di Bumi, “pemimpin-pemimpin gereja” di waktu itu, tidak pernah membuat hubungan tersebut.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimanakah Anda dapat “mempraktekkan berada dalam kehadiran orang lain” di dalam kesadaran akan hadirat Allah hari ini?
Doa
Tuhan, saya memiliki cara-cara yang tidak sehat dalam berhubungan dengan orang lain yang sudah sangat berakar dalam diri saya. Tolong ubah saya. Buatlah saya menjadi bejana untuk menyebarkan kasih yang dewasa, tetap/stabil, dan dapat diandalkan, sehingga orang-orang yang datang dan bertemu dengan saya akan merasakan kelembutan dan kebaikan-Mu melalui saya. Dalam nama Yesus, Amin
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Lukas 15:20b-24
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 21Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
Renungan
Dari perumpamaan yang sangat terkenal tentang anak terhilang, gambaran Yesus tentang sang ayah memberikan gambaran sekilas kepada kita seperti apa tampaknya menjadi orang yang dewasa secara emosi.
Gereja penuh dengan “anak-anak bungsu” yang berkelana dari kasih Allah setiap kali Allah tidak memenuhi ekspektasi mereka. Gereja juga penuh dengan “kakak-kakak sulung” yang marah, pahit, dan menggerutu. Saya mengenal kedua watak ini dengan baik. Saya pun bisa terhubung dengan kedua watak tersebut. Namun, banyak orang-orang yang penuh keputusasaan dalam mencari figur-figur ayah-ayah dan ibu-ibu dalam iman yang mampu memeluk, mengasihi, memberi empati, hadir, dan mengampuni dengan bebas. Itulah kasih tanpa syarat apapun, sesuatu yang dunia hanya dapat memahami sedikit saja. Untuk menjadi orang semacam ini, tidak terjadi secara alamiah. Seperti ditulis oleh Henri Nouwen:
Saya harus berlutut di hadapan Bapa, meletakkan telinga saya di dada-Nya dan mendengarkan, tanpa interupsi, denyutan jantung Allah. Lalu, dan hanya setelah itu saja, saya dapat mengatakan dengan penuh kehati-hatian dan dengan sangat lembut apa yang saya dengar. Saya tahu sekarang bahwa saya harus berbicara dari kekekalan ke dalam waktu, dari suka cita yang abadi ke dalam realita berlalu yang dari kehidupan kita yang pendek dalam dunia ini, dari rumah kasih kedalam rumah-rumah penuh ketakutan, dari tempat tinggal Allah ke dalam tempat-tempat tinggal manusia.
Pertanyaan Refleksi
Kata-kata mana saja dari ungkapan Henri Nouwen tentang anak terhilang yang paling berbicara kepada Anda ?
Doa
Bapa, tolong saya untuk berdiam dan mendengarkan Engkau, merasakan pelukan-Mu, dan beristirahat dalam kasih-Mu - dan kemudian berbicara kepada orang lain dari tempat itu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 25:34-36, 40
34Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 35Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 40Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Renungan
Pada tahun 1952, Mother Teresa mulai memungut orang-orang yang hampir mati di jalan-jalan kota Kolkata, India. Pada tahun 1980, ia dan lebih dari 3000 anggota ordonya, Misionaris Cinta Kasih, bekerja di 52 negara. Ajaran-ajaran dan kehidupannya memberi kepada kita pengertian yang mendalam tentang artinya mengikuti Yesus sebagai orang-orang yang dewasa secara emosi dan rohani dalam dunia kita. Ia menulis:
Saya tidak pernah melihat orang banyak sebagai tanggungjawab saya. Saya hanya melihat ke indivisunya. Saya hanya mampu mengasihi orang satu per satu. Saya hanya mampu memberi makan kepada orang satu per satu. Hanya, satu, satu, satu. Anda dapat mendekat kepada Kristus dengan mendekat kepada satu sama lain. Seperti yang Yesus katakan, “Apapun yang kamu lakukan terhadap saudara-saudaraku yang paling hina, kamu juga melakukannya terhadap Aku.” Jadi kamu memulai, Saya memulai. Saya menjemput satu orang. Seluruh pelayanan ini hanyalah setetes air dalam lautan. Tetapi jika kita tidak menaruh tetesan tersebut, laut akan kurang satu tetes. Sama halnya untukmu. Sama halnya dalam keluargamu. Sama halnya dalam gereja yang kamu datangi. Mulai saja, satu, satu, satu! Pada akhir hidup kita, kita tidak akan dihakimi dari berapa banyaknya penghargaan yang kita terima, berapa banyak uang yang kita hasilkan, atau berapa banyak hal besar yang kita lakukan. Kita akan dihakimi dari “Saya tadinya lapar dan kamu memberi saya makanan. Saya tadinya telanjang dan kamu memberi saya pakaian. Saya tadinya tunawisma dan kamu memberi saya tumpangan”.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimanakah kamu dapat melihat Yesus Kristus dalam orang-orang yang kamu temui minggu ini?
Doa
Tuhan, saya seringkali dibanjiri oleh kebutuhan-kebutuhan dunia di sekitar saya. Saya berterima kasih bahwa Engkau yang bertanggung jawab untuk dunia ini, dan saya tidak. Tolong saya untuk melihat satu orang hari ini - yang “satu, satu, satu” - agar kata-kata dan tindakan-tindakan yang mengalir dari hidup saya dapat menggambarkan hidup-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Lukas 7:36-39
36Orang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. 37Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. 38Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. 39Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”
Renungan
Orang Farisi itu tidak melihat perempuan berdosa tersebut sebagai manusia yang dikasihi Allah. Ia melihat seorang berdosa, sebuah gangguan, dan seseorang yang tidak mempunyai hak berada di meja makan malam. Yesus melihatnya dengan cara yang sangat berbeda sekali.
Kasih muncul dari kesadaran. Kesadaran itu hanya sejauh Anda melihat bahwa orang itu benar-benar ada disini dan pada saat ini, dan bukan melihat mereka seperti bagaimana di dalam ingatanmu, atau kemauanmu, atau bayanganmu, atau gambaranmu agar kamu dapat benar-benar mengasihi mereka, jika tidak, bukanlah orang itu yang kamu kasihi, melainkan gambaran yang telah kamu buat tentang orang tersebut, atau orang ini adalah benda dalam kemauanmu dan bukan mereka di dalam diri mereka sendiri. Bahwa Anda dapat sungguh-sungguh mengasihi mereka hanya sejauh bagaimana Anda melihat seseorang sebagaimana dia sebenarnya disini dan sekarang dan bukan seperti bagaimana mereka dalam ingatan atau keinginan atau dalam imajinasi atau proyeksi Anda baru Anda sungguh-sungguh mengasihi mereka, kalau tidak dia bukanlah orang yang Anda kasihi tetapi hanyalah gagasan/ide yang Anda telah bentuk sendiri tentang orang ini, atau orang ini sebagai obyek dari kerinduan Anda dan bukan sebagai mereka dalam keadaan diri mereka sendiri.
Maka, tindakan kasih pertama adalah (untuk) memandang orang ini atau benda ini, kenyataan ini sebagaimana apa adanya. Dan hal ini melibatkan disiplin yang besar sekali untuk menanggalkan keinginan-keinginanmu, prasangka-prasangkamu, ingatan - ingatanmu, proyeksi - proyeksimu, cara pandangmu yang selektif, disiplin yang sangat besar yang mana kebanyakan orang lebih suka terjun langsung ke dalam tindakan dan pelayanan yang baik daripada tunduk/berserah pada api yang membara ini, asketisme. Jadi bahan pertama dari kasih adalah untuk benar-benar melihat sesamanya.
Bahan kedua yang sama pentingnya ialah dengan melihat melihat dirimu sendiri, tegas tanpa belas kasihan menyalakan terang cahaya kesadaran akan motivasi - motivasimu, emosi-emosimu, keperluan - keperluanmu, ketidakjujuranmu, kepentingan - kepentinganmu pribadi Anda, dan kecenderunganmu untuk pegang kendali dan memanipulasi. -Anthony De Mello
Pertanyaan Refleksi
Hal-hal apa yang kadang-kadang mengganggu dirimu untuk memandang orang lain yang ada bersama-sama Anda sebagai siapa diri mereka sebenarnya?
Doa
Tuanku, aku telah diampuni untuk hal - hal yang jauh lebih banyak daripada hal2 yang saya akan pernah sadari. Namun, saya dapat menghubungkan diri saya dengan orang Farisi di dalam perumpamaan ini. Tolong aku untuk memperlambat tempo dan hadir dengan-Mu dan bagi orang lain agar saya dapat benar-benar melihat orang lain seperti Engkau lihat. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 7:1-5
1“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 2Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 3Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 4Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 5Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Renungan
Dari abad ketiga sampai abad kelima, “Bapa-bapa Gurun” meninggalkan warisan yang kaya akan hikmat tentang menghidupi kehidupan yang murni dengan Allah yang harus memimpin kita kepada kasih yang dewasa dan yang tidak menghakimi sesama.
Biarawan harus mati bagi sesama mereka dan tidak pernah menghakimi sesamanya sama sekali dalam hal apapun juga bagaimanapun juga.
Jika Anda sibuk sendiri dengan kesalehan Anda, Anda tidak akan punya waktu untuk melihat kesalahan dari sesamamu.
Sebagian besar dari kita tidak mempunyai kesulitan apapun untuk memberi nasihat atau menunjukkan perbuatan - perbuatan salah dari orang lain. Kita cenderung tidak mengijinkan orang lain untuk menjadi diri mereka sendiri di hadapan Allah atau bergerak dalam kecepatan mereka sendiri. Malahan, kita memproyeksikan kepada mereka ketidaknyamanan kita dengan pilihan mereka untuk menjalani kehidupan dgn cara yang berbeda dari cara kita. Akibatnya, kita meng-eliminasi mereka dari pikiran kita, apakah dengan mencoba membuat mereka seperti kita, atau kita jatuh ke dalam sikap cuek “peduli amat?”
Kecuali saya terlebih dahulu membuang balok di mata saya sendiri, menyadari bahwa saya sendiri memiliki bagian2 yang saya tidak sadari, saya bahaya. Saya seharusnya melihat besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh dosa di setiap bagian dari siapa diri saya yang sebenarnya - di emosi, pikiran, tubuh, kehendak, dan roh - sebelum saya dapat mencoba untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudara saya.
Pertanyaan Refleksi
Apakah ada seseorang, yang meminta Allah minta untuk Anda berhenti menghakiminya? Seperti apa jadinya bila Anda memberkati dan mengulurkan belas kasihan kepada mereka?
Doa
Abba Bapa, ampunilah saya karena saya punya banyak opini - opini tentang banyak orang dan menghakimi mereka. Bersihkan daftar saya dan beri saya kasih karunia untuk melihat balok-balok saya sendiri daripada terburu-buru menghakimi orang lain. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 130
1Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! 2Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. 3Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? 4Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. 5Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. 6Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi. 7Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. 8 Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.
Renungan
Saya mampu “menanti Tuhan” untuk sesuatu - sebuah kesempatan baru, berkat-berkat untuk anak-anak saya, pemulihan dalam sebuah pertemanan, atau perjalanan keluar kota yang aman. Lebih sulit bagi saya untuk “menanti Tuhan” tanpa ada alasan apapun, tetapi untuk hanya berdiam di hadapan-Nya. Namun, hal ini adalah salah satu dari kunci-kunci untuk mengasihi orang lain dengan baik.
Walaupun saya seringkali mencoba untuk melakukannya, saya tahu bahwa saya tidak bisa benar-benar hadir untuk orang lain ketika manusia batin saya dipenuhi oleh pikiran-pikiran dan gangguan-gangguan. Hal ini adalah salah satu tantangan paling besar yang saya hadapi pada saat diri saya perlu hadir hadir untuk orang lain - tenang dalam jiwa saya sendiri. Ketenangan adalah prasyarat untuk kehadiran. Saya harus pertama-tama lebih dulu tenang dalam diri saya sendiri jika saya ingin tenang dengan orang lain. Dan, tentu saja, saya harus belajar untuk tenang di hadapan Allah jika saya ingin tenang di dalam diri saya sendiri. Kehadiran dimulai dengan tempat tenang di dalam diri seseorang. Jika saya tidak dapat tenang di dalam batin saya, saya tidak bisa benar-benar hadir bagi orang lain. -David Benner
Pertanyaan Refleksi
Apa yang menjadi tantangan paling besar bagi Anda untuk berdiam di hadapan Tuhan?
Doa
TUAN, saya mengaku kepada-Mu bahwa saya tidak yakin seperti apa itu berdiam dan mendiamkan jiwa saya di hadapan-Mu. Pimpin saya dalam perjalanan untuk menemukan tempat diam dalam batin saya, dan saya akan mengikuti kemanapun dan bagaimanapun Engkau memimpin saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 3: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Matius 25:34-36, 40
34Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 35Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 40Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Renungan
Pada tahun 1952, Mother Teresa mulai memungut orang-orang yang hampir mati di jalan-jalan kota Kolkata, India. Pada tahun 1980, ia dan lebih dari 3000 anggota ordonya, Misionaris Cinta Kasih, bekerja di 52 negara. Ajaran-ajaran dan kehidupannya memberi kepada kita pengertian yang mendalam tentang artinya mengikuti Yesus sebagai orang-orang yang dewasa secara emosi dan rohani dalam dunia kita. Ia menulis:
Saya tidak pernah melihat orang banyak sebagai tanggungjawab saya. Saya hanya melihat ke indivisunya. Saya hanya mampu mengasihi orang satu per satu. Saya hanya mampu memberi makan kepada orang satu per satu. Hanya, satu, satu, satu. Anda dapat mendekat kepada Kristus dengan mendekat kepada satu sama lain. Seperti yang Yesus katakan, “Apapun yang kamu lakukan terhadap saudara-saudaraku yang paling hina, kamu juga melakukannya terhadap Aku.” Jadi kamu memulai, Saya memulai. Saya menjemput satu orang. Seluruh pelayanan ini hanyalah setetes air dalam lautan. Tetapi jika kita tidak menaruh tetesan tersebut, laut akan kurang satu tetes. Sama halnya untukmu. Sama halnya dalam keluargamu. Sama halnya dalam gereja yang kamu datangi. Mulai saja, satu, satu, satu! Pada akhir hidup kita, kita tidak akan dihakimi dari berapa banyaknya penghargaan yang kita terima, berapa banyak uang yang kita hasilkan, atau berapa banyak hal besar yang kita lakukan. Kita akan dihakimi dari “Saya tadinya lapar dan kamu memberi saya makanan. Saya tadinya telanjang dan kamu memberi saya pakaian. Saya tadinya tunawisma dan kamu memberi saya tumpangan”.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimanakah kamu dapat melihat Yesus Kristus dalam orang-orang yang kamu temui minggu ini?
Doa
Tuhan, saya seringkali dibanjiri oleh kebutuhan-kebutuhan dunia di sekitar saya. Saya berterima kasih bahwa Engkau yang bertanggung jawab untuk dunia ini, dan saya tidak. Tolong saya untuk melihat satu orang hari ini - yang “satu, satu, satu” - agar kata-kata dan tindakan-tindakan yang mengalir dari hidup saya dapat menggambarkan hidup-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Markus 10:41-44
41Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ”Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 43Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 44dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
Renungan
Yesus mengajarkan bahwa kerajaan Allah adalah kerajaan yang terbalik. Para murid2 tetap berpikir dengan model duniawinya tentang kekuasaan atas orang-orang daripada model kekuasaannya Yesus di bawah - untuk melayani.
Tampaknya lebih mudah untuk menjadi Allah daripada mengasihi Allah, lebih mudah mengendalikan orang-orang daripada mengasihi orang-orang, lebih mudah untuk memiliki kehidupan daripada mengasihi kehidupan.
Yesus bertanya, “Apakah kamu mengasihi Aku?” Kita bertanya, “Bolehkah kami duduk di sebelah kanan-Mu dan di sebelah kiri-Mu dalam kerajaan-Mu?” (Matius 20:21). Sejak si ular berkata, .“pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kejadian 3:5), kita telah tergoda untuk menggantikan kasih dengan kekuasaan.
Yesus mengalami/hidupi godaan tersebut dalam cara yang paling penuh penderitaan dari padang gurun sampai ke salib. Sejarah panjang yang menyakitkan dari Gereja adalah sejarah orang-orang pernah dan tergoda lagi untuk memilih kekuasaan di atas kasih, memegang kendali di atas salib, menjadi pemimpin di atas/daripada dipimpin. -Henri Nouwen
Pertanyaan Refleksi
Satu cara apa yang dapat membuat Anda melepaskan kekuasaanmu dan kendali dan dalam kasih memilih untuk melayani seseorang hari ini?
Doa
Bapa, Engkau tahu betapa sulitnya aku bergumul untuk mencoba mengasihi beberapa orang yang sulit dikasihi di dalam hidupku. Lebih mudah bagi saya, seperti murid-murid, untuk memakai kendaliku dan pegang kuasaku atas orang-orang. Penuhi aku dengan kuasa-Mu agar saya dapat memilih untuk melayani, dalam kasih, orang-orang yang saya temui hari ini. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
​
Pembacaan Firman: Matius 10:28, 34-36
28“Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
34 “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. 35Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, 36dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”
Renungan
Konflik yang belum terselesaikan adalah salah satu ketegangan - ketengangan yang paling besar di dalam kehidupan orang-orang Kristen hari ini. Sebagian besar dari kita membencinya. Kita tidak memahami apa yang harus kita lakukan dengan konflik2 tsb. Kita lebih memilih untuk mengabaikan masalah-masalah sulit dan memilih tinggal dalam kedamaian palsu, berharap melawan pengharapan bahwa masalah-masalah tersebut akan bagaimanapun juga akan menghilang. Mereka tidak menghilang, dan sebagai akibat kita akan:
-
Mengatakan satu hal dimuka orang-orang dan mengatakan hal yang lain di belakang mereka.
-
Membuat janji-janji yang kita sebenarnya tidak berniat untuk menggenapinya, menyalahkan orang lain, atau menjadi sarkastik.
-
Menyerah karena kita takut kita tidak bisa.
-
“Membocorkan” amarah kita melalui kritikan halus.
-
Memberi tahu hanya setengah dari yang sebenarnya karena kita tidak tahan/tega untuk sampai menyakiti perasaan-perasaan teman kita.
-
Mengatakan ya ketika kita seharusnya mengatakan tidak.
-
Menghindari orang dan memperlakukan orang lain dengan didiamkan saja.
Bagaimanapun juga, konflik dan masalah adalah inti dari pelayanan Yesus. Ia membongkar kedamaian palsu dari murid-murid-Nya, kelompok orang banyak, pemimpin-pemimpin agama, orang-orang Romawi, mereka yang jual beli di Bait Allah, dan bahkan di dalam keluarga-keluarga. Yesus mengerti bahwa kita tidak dapat membangun kerajaan-Nya dengan kebohongan dan kepura-puraan. Hanya kebenaran yang dapat membangun.
Pertanyaan Refleksi
Di bagian mana Anda mengalami ketegangan dalam hubungan-hubungan yang Anda takut untuk dibongkar ?
Doa
Tuanku, Engkau tahu bahwa segala hal di dalam diriku ingin melarikan diri dari ketegangan dan konflik, atau setidaknya memutarbalikkan kebenaran untuk kepentingan diri saya! Ubahlah cara-cara saya berhubungan dengan sesama. Tolong saya untuk mengatakan kebenaran dengan kasih dan kelembutan yang besar, dan kiranya Engkau dihormati dan dimuliakan dalam hubungan-hubungan saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Minggu 8
Menuju Langkah Selanjutnya untuk Mengembangkan Sebuah “Aturan Hidup”
​
Salah satu alasan utama orang berpaling dari Kekristenan adalah karena banyaknya aturan yang ada. Banyak dari aturan-aturan ini mengarah pada legalisme dan merampas sukacita Yesus dari diri kita. Jadi, mengaitkan iman Kristen dengan aturan-aturan tampaknya berlawanan dengan intuisi. Tetapi ada sebuah praktik pembinaan rohani kuno yang disebut “Aturan Hidup” dalam iman Kristen yang tidak dimaksudkan untuk mengekang, tetapi untuk membebaskan kita.
A Rule of Life bukanlah sebuah aturan dalam arti yang sama dengan kata yang biasa digunakan saat ini. Akar kata aturan berasal dari kata Yunani kuno yang berarti teralis. Kata ini merujuk pada sebuah struktur, seperti yang dirancang untuk membantu tanaman anggur tumbuh keatas, untuk membantunya menjadi lebih subur dan produktif. Sebuah Aturan Kehidupan memiliki fungsi dan tujuan yang serupa. Ini adalah sebuah struktur pendukung yang membantu kita untuk bertumbuh di dalam Kristus. Ini adalah rencana yang disengaja yang berpusat pada praktik-praktik rohani yang memampukan kita untuk memberi perhatian sepenuhnya pada Tuhan dan tetap berada di dalam Yesus - terlepas dari kekuatan-kekuatan besar yang berusaha menarik kita menjauh dari-Nya.
Hari 1: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Daniel 1:3-5, 8
3Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, 4yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. 5Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada Raja.
8Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Renungan
Raja Nebukadnezar dan pasukan-pasukan Babelnya menaklukkan Yerusalem dan membawa sebagian besar penduduk kota itu menjadi budak. Salah satu diantara mereka yang ketangkap adalah seorang remaja bernama Daniel. Babel mempunyai satu gol yang sederhana: untuk melenyapkan kekhasan Daniel sebagai pengikut Allah dan menyerapkan Daniel ke dalam nilai-nilai budaya mereka - dan dewa-dewa mereka.
Bagaimana Daniel melawan kekuatan Babel yang sangat besar itu? Ia bukanlah biarawan yang terkurung di balik dinding-dinding. Ia memiliki pekerjaan-pekerjaan dengan tanggung jawab besar dan banyak orang yang memberinya perintah. Ia mempunyai support sistem yang minim, saya bisa membayangkan, sebuah daftar kegiatan yang panjang setiap Hari.
Daniel juga mempunyai rencana, sebuah “Aturan Hidup”. Ia tidak membiarkan pengembangan kehidupan interiornya begitu saja (to chance). Ia mengetahui apa yang sedang ia lawan. Sementara kita tidak tahu banyak tentang hal-hal spesifiknya, namun jelas terlihat Daniel mengatur seluruh hidupnya berpusat pada dengan mengasihi Allah. Ia menolak kegiatan-kegiatan tertentu, seperti makan hidangan - hindangan raja di meja makan raja (Daniel 1), dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan lain, seperti Ibadah harian (Daniel 6). Daniel mampu memberi makanan rohani kepada dirinya sendiri, dan ia bertumbuh menjadi pemuda ilahi yang luar biasa - meskipun lingkungan sekitarnya bermusuhan.
Pertanyaan Refleksi
Apakah rencanamu, di tengah-tengah harimu yang sibuk, untuk tidak meninggalkan pemeliharaan kehidupan interior batinmu dengan Allah begitu saja ?
Doa
Tuan, saya hanya butuh untuk berada bersama-Mu - untuk waktu yang lama. Saya dapat melihat bahwa ada banyak hal-hal di dalam saya yang harus berubah. Tunjukkanlah kepada saya satu langkah kecil yang saya bisa ambil hari ini untuk mulai membangun kehidupan berpusat pada Engkau. Tuhan, tolong saya untuk mengembangkan rencana yang efektif dalam hidup saya untuk memberi perhatian pada-Mu ketika saya bekerja, beristirahat, belajar, atau berdoa. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 1: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 73:12-17,25
12Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! 13Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. 14Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. 15Seandainya aku berkata: ”Aku mau berkata-kata seperti itu,” maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu. 16Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, 17sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
25Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
Renungan
Kekristenan bukanlah satu set kepercayaan intelektual, tetapi hubungan kasih dengan Allah. Kita perlu melakukan apa yang dilakukan pemazmur di Mazmur 73 - masuk ke dalam tempat kudus Allah dan memiliki waktu pribadi dengan-Nya. Hal ini khususnya berlaku ketika kita di tengah-tengah penderitaan dan kegelapan.
Pernyataan2 dari para Bapa2 Gurun berasal dari pria-pria dan wanita-wanita yang melarikan diri ke padang gurun sebagai tempat kudus untuk mencari Allah dengan segenap hati mereka. Akhirnya, mereka membentuk komunitas-komunitas yang berpusat pada “Aturan Hidup”. Berikut ini adalah beberapa dari pengajaran yang mereka tinggalkan. Bacalah dengan perlahan dan dari penuh doa. (Sebuah “sel” adalah istilah kuno untuk tempat yang sunyi dan pribadi untuk bersama Allah.)
Abba Anthony mengatakan.... “Seperti ikan-ikan yang mati ketika mereka terlalu lama di luar air, demikianlah para biarawan-biarawan yang berkeliaran di luar sel-sel mereka atau
menghabiskan waktu mereka dengan manusia-manusia duniawi mereka akan kehilangan intensitas damai dalam manusia batinnya. Jadi, seperti ikan yang pergi menuju laut, kita harus bergegas ke dalam sel kita, karena takut bahwa jika kita menunda-nunda berada di luar sel kita, kita akan kehilangan rasa berjaga-jaga di dalam interior manusia batin kita”
Abbot Pastor mengatakan: “Setiap pencobaan apa saja yang datang kepadamu dapat ditaklukkan dengan berdiam.”
Seorang saudara tertentu pergi ke Abbot Moses dari Skete, dan memintanya untuk satu pesan yang baik. Dan penatua itu mengatakan kepadanya: “Pergilah, duduk di dalam selmu, dan sel mu akan mengajarimu segalanya”.
Pertanyaan Refleksi
Menurutmu, bagaimanakah dan mengapakah mencari waktu untuk bersama dengan Allah dalam kesunyian dapat “mengajarimu sesuatu”?
Doa
Tuanku, Engkau ketahui seberapa mudahnya dan cepatnya saya kehilangan perasaan akan kehadiran-Mu di dalam interior batinku. Karuniakan aku dengan rahmat-Mu selama sisa hari ini untuk mendiamkan suara2 kebisingan-kebisingan dari luar di sekitar saya agar saya dapat mendengar kehangatan suara-Mu. Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Kisah Para Rasul 2:42-47
42Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 44Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi - bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 46Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Renungan
Tuntutan utama saya adalah bahwa kita dapat menjadi serupa Kristus dengan melakukan satu hal - dengan mengikuti-Nya keseluruhan gaya hidup yang Ia pilih untuk diri-Nya sendiri . Jika kita mempunyai iman di dalam Kristus, kita harus percaya bahwa Ia mengetahui bagaimana hidup. Kita bisa, melalui iman dan kasih karunia, menjadi serupa Kristus dengan mempraktekkan jenis-jenis aktivitas yang Ia lakukan, dengan menyusun seluruh hidup kita berpusat pada aktivitas-aktivitas yang Ia sendiri praktekkan agar tetap konstan tinggal serumah dalam persekutuan Bapa-Nya.
Aktivitas-aktivitas apa yang Yesus lakukan? Hal-hal seperti berdiam diri dan tenang (solitude and silence), berdoa, hidup yang sederhana dan penuh pengorbanan, belajar dan memeditasikan dengan tekun Firman Tuhan dan jalan-jalan-Nya Allah, dan melayani orang lain. Beberapa dari semua ini diperlukan bagi kita dibandingkan apa yang perlu bagi-Nya, karena kebutuhan kita yang lebih besar atau berbeda..
Jadi, jika kita ingin mengikuti Kristus dan berjalan dengan kuk yang enak bersama-Nya -- kita harus rela menerima keseluruhan hidupnya sebagai cara hidup kita secara total. Kemudian, dan hanya setelah itu, kita dapat mengharapkan untuk dapat mengetahui dari pengalaman pribadi betapa enaknya kuk-Nya dan betapa ringan beban-Nya. -Dallas Willard
Pertanyaan Refleksi
Hal apa yang paling berbicara kepada Anda, tentang gaya hidup orang-orang Kristen gereja mula-mula dalam kitab Kisah Para Rasul dan bagaimana mereka mencari cara mengikuti kehidupan Yesus?
Doa
TUAN, Engkau mengatakan bahwa kuk-Mu enak dan beban-Mu ringan (Matius 11:30), namun kehidupan yang saya jalani seringkali terasa sulit dan berat bagi saya. Tunjukkanlah kepada saya aktivitas-aktivitas, keputusan-keputusan, prioritas-prioritas, dan hubungan - hubungan yang tidak Engkau kehendaki untuk saya hari ini. Saya menundukkan kehidupan saya kepada ke-TUAN-an MU dan jalan-jalan-Mu hari ini. DI dalam nama-Mu, Amin.
Tutup dengan tenang (2 menit)
Hari 3: Pagi/Siang
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: 1 Tesalonika 5:16-22
16Bersukacitalah senantiasa. 17Tetaplah berdoa. 18Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 19Janganlah padamkan Roh, 20dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. 21Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.
Renungan
Api
Apa yang membuat api menyala
adalah ruang antara batang kayu,
sebuah ruang bernapas.
Terlalu banyak hal-hal yang baik,
terlalu banyak batang kayu
dikemas terlalu ketat/kencang
bisa memadamkan api
hampir pasti mati
Sama seperti seember air akan memadamkan
Jadi membangun api-api
membutuhkan perhatian
ke ruang-ruang di antaranya,
seperti pada batang - batang kayu.
Pada waktu kita mampu membangun
ruang-ruang terbuka
Dengan cara yang sama
Seperti kita telah belajar
untuk menumpukkan batang - batang kayu,
maka kita bisa datang untuk melihat cara bagaimana
hal itu menjadi bahan bakar, dan tidak adanya bahan bakar
bersamaan, yang membuat api muncul
Pertanyaan Refleksi
Perbedaan apa yang dapat terjadi jika kamu mempraktekkan “membangun ruang terbuka” kedalam hidupmu?
Doa
TUAN, saya butuh ruang bernapas. Terlalu banyak yang terjadi di dalam hidup saya, terlalu banyak batang kayu di dalam api-Nya. Tunjukkan kepada saya cara untuk menciptakan ruang di dalam hidup saya, dan kiranya api hadirat-Mu membakar di dalam dan melalui saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 119:27-32
27Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib. 28Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan firman-Mu. 29Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat-Mu. 30Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku. 31Aku telah berpaut pada peringatan-peringatan-Mu, ya Tuhan, janganlah membuat aku malu. 32Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku.
Renungan
“Aturan Hidup” yang paling terkenal di dunia Barat adalah Aturannya Santo Benediktus, ditulis pada abad keenam. Di dalam dunia yang penuh gangguan yang tidak pernah berhenti, seperti sebuah “Aturan Hidup” membawa keseimbangan dan kesederhanaan, mengundang kita kepada hidup yang mencari segala hal dalam ukuran yang tepat: bekerja, doa, berdiam di tempat sunyi, dan hubungan-hubungan.
Benediktus memulai Aturannya dengan sebuah panggilan untuk mendengar dan sebuah undangan untuk berserah kepada Allah: Dengarkan baik-baik, anakku, kepada perintah perintah dari sang Tuan, dan ikutilah perintah itu dengan telinga hatimu. Ini adalah nasihat dari Bapa yang mengasihimu; sambutlah hal ini, dan praktekkanlah hal ini dengan setia. Segala kerja keras ketaatanmu akan membawamu kembali kepadaNya yang telah kamu tinggalkan karena kemalasan dari ketidaktaatanmu. Inilah pesan saya untukmu, lalu, ketika kamu sudah siap untuk menyerahkan kehendakmu sendiri, sekali dan untuk selamanya, dan dipersenjatai dengan senjata-senjata ketaatan yang kuat dan mulia untuk melakukan pertempuran bagi Raja yang benar, Kristus Tuhan.
Karena itu, kita bermaksud untuk mendirikan sebuah sekolah untuk pelayanannya Tuhan. Jangan segera menjadi ketakutan dan melarikan diri dari jalan yang memimpin kita pada keselamatan. Jalan tersebut pasti sempit pada awalnya. Tetapi, seiring kita maju dalam gaya hidup ini dan dalam iman, kita akan berlari di jalannya perintah-perintah Allah, hati kita meluap dengan kenikmatan kasih yang tidak dapat digambarkan.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana jadinya jika kamu “berlari di jalan perintah-perintah Allah”?
Doa
Tuhan, Engkau mengetahui dunia saya dapat menjadi nonstop dan rumit. Tolong saya untuk menyeimbangkan tuntutan-tuntutan yang datang kepada saya hari ini, mengingat Engkau saat saya bekerja, dan menjaga Engkau sebagai pusat dalam segala yang saya kerjakan. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Pagi/Siang
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Roma 8:14-17
14Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. 15Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ”ya Abba, ya Bapa!” 16Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. 17Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Renungan
Yesus secara terus menerus menyebut Yahweh yang Mahakuasa, kekal, dan tidak berkesudahan sebagai “Abba” atau “Bapa”, sebuah kata intim, hangat, dan akrab yang biasanya digunakan oleh seorang anak - tidak seperti “ayah”. Inti dari injil adalah bahwa Yesus memberi murid-murid-Nya otoritas untuk memanggil Allah sebagai Bapa. Melalui Yesus, kita juga adalah anak Abba.
Kerohanian kontemplatif menggerakkan kita menuju hubungan yang lebih dewasa dengan Allah. Kita progress dari sikap “berikan pada saya, berikan pada saya, berikan pada saya” yang dimiliki anak kecil ke cara yang lebih dewasa dalam berhubungan dengan Allah dimana kita menikmati berada bersama dengan-Nya sebagai “Abba Bapa” kita. Proses perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut:
-
Berbicara kepada Allah: Ini hanyalah meniru apa yang orangtua atau pemimpin-pemimpin agama kita beritahu kepada kita apa yang kita doakan. Contohnya, “Berkati aku, Tuhan, karena berkat-Mu, yang akan kami terima melalui Kristus Tuhan kita, Amin.”
-
Berbicara dengan Allah: Kita menjadi lebih nyaman menemukan kata-kata kita sendiri untuk berbicara kepada Allah, daripada menggunakan doa-doa yang sudah dibuat di masa kecil kita. Contohnya, “Beri kepadaku, beri kepadaku, beri kepadaku lebih banyak, Ya Allah.”
-
Mendengar Allah: Dalam tahap ini, kita mulai mendengar Allah, dan mulai menikmati hubungan dua-arah bersama-Nya.
-
Berada bersama Allah: Akhirnya, kita hanya menikmati berada di dalam hadirat Allah - yang mengasihi kita. Ini jauh lebih penting dari aktivitas tertentu yang kita lakukan dengan-Nya. Hadirat-Nya membuat seluruh kehidupan kita memuaskan.
Pertanyaan Refleksi
Ketakutan-ketakutan apa yang dapat kamu lepaskan kepada Abba Bapamu pada hari ini?
Doa
Tuhan, saya percaya bahwa menjalani kehidupan dalam hadirat-Mu membuat seluruh kehidupan saya memuaskan. Saya hanya kurang yakin bagaimana cara mencapai tahap tersebut dalam perjalanan rohani saya. Saya ingin bertumbuh melampaui hubungan “beri saya, beri saya” dengan-Mu. Penuhilah saya dengan Roh Kudus agar saya dapat mempelajari kenikmatan berada bersama-Mu dan berhenti hanya datang kepada Engkau untuk karunia-karunia dan berkat-berkat-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 2: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 63:2-6
2Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. 3Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. 4Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. 5Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu. 6Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.
Renungan
Gregorius dari Nyssa, uskup dan ahli teologi terkenall pada abad keempat, berpendapat bahwa di dalam kita, ada kerinduan yang tak henti-henti yang infinite bagi keindahan dan kemegahan Allah. Ia menulis: “Kita dipimpin kepada Allah melalui kerinduan. Kita ketarik ke atas kearah-Nya seolah-olah ditarik oleh sebuah tali.” Ketika jiwa kita melihat sekilas keindahan Allah, jiwa kita rindu melihat lebih lagi. Tulisan-tulisannya dipenuhi oleh gambar - gambar menjelaskan kerinduan kita kepada Allah: seorang kekasih yang meminta satu ciuman lagi, seseorang yang mengecap betapa manisnya keindahan Allah yang hanya dapat dipuaskan dengan merasakannya sekali lagi, kepusingan yang dirasakan seseorang saat berdiri di tepi tebing sebagai seseorang yang sedang menatap ruangan yang besar sekali.
Gregorius membandingkan berada bersama Allah kontemplatif bersama Allah disamakan dengan seseorang sedang melihat mata air yang menyembur dari bumi.
Saat Anda mendekati mata air tersebut, Anda akan kagum, melihat air yang keluar tak henti-hentinya, sementara air itu secara konstant menyembur dan mengalir. Namun, Anda tidak akan pernah bisa mengatakan bahwa Anda sudah melihat semua air nya. Bagaimanakah Anda dapat berkata Anda telah melihat apa yang masih tersembunyi di bawah permukaan Bumi? Jadi, tidak peduli berapa lama Anda berada tinggal di mata air itu,
Anda akan seperti mau melihat air yang baru keluar, sama halnya dengan orang yang menatap pada keindahan Allah yang infinite. Ini seperti sedang diketemukan yang baru lagi terus menerus secara konstan, dan ini akan selalu yang pikiran kita telah dan selalu dilihat seperti sesuatu yang baru dan asing dibandingkan dengan apa yang pikiran kita telah pahami. Dan selama Allah tetap menyatakan diri-Nya, manusia akan terus ingin tahu, dan tidak akan pernah kehabisan keinginannya untuk melihat lebih lagi, karena apa yang ia nanti-nantikan selalu lebih luar biasa, lebih kudus, dari segala yang telah ia lihat.
Pertanyaan Refleksi
Kapan Anda dapat memberi waktu untuk “memandang keindahan Allah yang tidak berkesudahan/infinite”?
Doa
Tuhan, karuniakan saya sekilas akan keindahan-Mu dan kasih-Mu yang tidak berkesudahan hari ini. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan tenang, berdiam (2 menit)
Hari 3: Siang/Malam
​
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 27:3-4
3Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya. 4Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya.
Renungan
Hal yang paling menyolok dalam mazmur ini adalah apa yang dilakukan Daud ketika ia dikepung oleh tentara - tentara dan musuh-musuh yang ingin sekali membunuh Daud dan keluarganya. Ia tidak meminta kemenangan atau hikmat atau minta ubah keadaan. Sebaliknya, Daud berdiam untuk mencari Allah, untuk tinggal diam bersama-Nya, dan untuk bercermin pada keindahan-Nya.
Setiap dari kita sebuah kesempatan untuk menyendiri dan berdiam, atau bahkan, seharusnya, untuk memberi ruang dalam setiap hari atau dalam satu minggu, hanya untuk bercermin dan mendengar suara Allah yang berbicara di kedalaman batin kita. Sebetulnya, pencarian kita akan Allah hanyalah tanggapan kita kepada pencarian-Nya akan kita. Ia mengetuk di pintu hati kita, tetapi untuk kebanyakan orang, hidup mereka terlalu sibuk untuk mereka bisa mendengar Allah. -Kardinal Basil Hume
Pertanyaan Refleksi
Dalam cara apakah Allah mencarimu di hari ini - mengetuk pintu kehidupanmu?
Doa
TUAN, ada bagian dari diriku rindu untuk berdiam bersama-Mu. Ada bagian lain dari diri saya yang ingin melarikan diri dan menghindari waktu dengan-Mu dengan cara apapun juga. Terima kasih untuk kesempatan hari ini untuk berhenti dan mendengar-Mu. Terima kasih untuk terus menerus mengetuk pintu hati saya - khususnya ketika saya terlalu cemas atau jauh untuk mendengar-Mu. Anugerahkan kepadaku, aku berdoa, hati seperti Daud - hati yang benar-benar merindukan-Mu di atas segalanya dalam hidup ini. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 4: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
Pembacaan Firman: Mazmur 139:1b-6
1bTuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; 2Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 3Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. 4Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan. 5Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. 6Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.
Renungan
Santo Patrick (389 - 461 M), orisinilnya berasal dari Britania dan dibesarkan sebagai seorang Kristen, dijual ke dalam perbudakan di Irlandia selama enam tahun. Saat ia melarikan diri, ia menjadi uskup yang ditahbiskan dan kembali ke Irlandia, berpergian jauh, menginjil tanpa lelah, dan membangun gereja-gereja dan biara-biara. Misinya di Irlandia menjadi tanda perputaran penting di dalam sejarah pelayanan-pelayanan di kekaisaran Romawi.
Doa Santo Patrick
Saya bangun hari ini
Melalui kekuatan Allah untuk menuntun saya;
Keperkasaan Allah untuk menopang saya,
Hikmat Allah untuk membimbing saya,
Mata Allah untuk melihat ke hadapan saya,
Telinga Allah untuk mendengar saya,
Firman Allah untuk berbicara bagi saya,
Tangan Allah untuk menjaga saya,
Jalan Allah untuk terbentang di hadapan saya,
Perisai Allah untuk melindungi saya,
Tuan rumah Allah untuk menyelamatkan saya
Dari jerat iblis,
Dari godaan kejahatan,
Dari setiap orang yang menginginkan saya sakit,
Jauh dan dekat,
Sendirian atau berkelompok
Kristus bersama saya, Kristus di depan saya, Kristus di belakang
saya,
Kristus di dalam saya, Kristus di bawah saya, Kristus di atas
saya,
Kristus di sebelah kanan saya, Kristus di sebelah kiri saya,
Kristus ketika saya berbaring, Kristus ketika saya duduk,
Kristus di dalam hati setiap orang yang memikirkan saya,
Kristus di mulut setiap orang yang berbicara tentang saya,
Kristus di mata yang melihat saya,
Kristus di telinga yang mendengarkan saya.
Saya bangun hari ini
Melalui kekuatan yang luar biasa, panggilan dari Tritunggal,
Melalui kepercayaan pada Tritunggal,
Melalui pengakuan tentang KeEsaanNya
Dari Pencipta ciptaan.
Pertanyaan Refleksi
Kata-kata mana dari doa Santo Patrick yang paling berbicara kepada Anda? Bawalah kata-kata itu di dalam hatimu hari ini.
Doa
Tuhan, terima kasih untuk kehadiran-Mu yang menyakinkan di sekeliling saya. Hal ini hampir terlalu luar biasa untuk saya dapat menerimanya! Oleh Roh Kudus, lapangkan kapasitas saya untuk tetap menyadari kehadiran-Mu sepanjang sisa hari saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)
Hari 5: Siang/Malam
Berdiam, tenang dan memusatkan diri kepada Allah (2 menit)
​
Pembacaan Firman: 1 Yohanes 4:7-12
7Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 8Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. 9Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. 10Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 11Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 12Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
Renungan
Allah mempunyai jalur yang berbeda untuk kita masing-masing. Doa penutup saya untuk Anda adalah agar Anda dapat tetap setia kepada jalur hidup Anda. Menjalani kehidupan orang lain adalah sebuah tragedi. Saya mengetahuinya; Saya melakukannya selama bertahun-tahun.
Saya ingin mengakhiri waktu kita bersama dengan kisah tentang Carlo Carletto. Ia tinggal di antara orang-orang Muslim di Afrika Utara selama 10 tahun dalam sebuah komunitas bernama Little Brothers of Jesus. Ia menulis tentang bagaimana, pada suatu hari, ia sedang melakukan perjalanan dengan menunggang seekor unta di gurun Sahara dan menghampiri sekitar 50 pria yang sedang kerja keras di tengah sinar matahari yang panas, mencoba untuk memperbaiki jalan. Ketika Carlo menawari mereka air, ia terkejut, karena melihat Paul, temannya, seorang anggota lain dari komunitas Kristennya.
Paul dulunya adalah seorang insinyur di Paris - yang bekerja dalam proyek bom atom bagi Prancis. Allah memanggilnya untuk meninggalkan segala sesuatu dan menjadi anggota Little Brother di Afrika Utara. Pada suatu hari, ibu dari Paul datang kepada Carlo dan meminta Carlo menjelaskan tentang kehidupan Anaknya. “Saya telah membuat dia jadi seorang insinyur,” kata ibu Paul. “Mengapa ia tidak melayani sebagai seorang intelektual dalam gereja? Bukankah itu lebih berguna?”
Paul puas untuk berdoa dan menghilang bagi Kristus di padang gurun Sahara. Lalu, Carlo menanyakan pada dirinya sendiri: “Di mana tempat saya dalam pekerjaan penginjilan gereja yang besar?” Dia menjawab pertanyaan sendiri sebagai berikut: Saya mengerti bahwa tempat saya, juga, di sana, di antara orang miskin, bercampur dengan gerombolan. Orang lain memiliki tugas untuk menginjil, membangun, memberi makan, dan berkhotbah. Tuhan meminta saya untuk menjadi orang miskin di antara orang miskin, pekerja di antara pekerja. Sulit untuk menilai orang lain! Tetapi kebenaran utama yang harus kita pegang dengan kuat - adalah kasih! Kasihlah yang membenarkan semua tindakan-tindakan kita; kasih harus mendasari semua tindakan kita. Kasih adalah penggenapan hukum.
Jika, dari kasih, Saudara Paul memilih untuk mati di jalanan padang gurun, maka dengan ini ia dibenarkan. Jika, dari kasih, [orang lain] membangun sekolah dan rumah sakit, maka dengan ini mereka dibenarkan. Jika, dari kasih, Thomas Aquinas menghabiskan hidupnya di antara buku-buku, maka dengan ini ia dibenarkan.
Saya hanya bisa berkata, “Hidupi kasih itu, biarkanlah kasih itu melandamu dan memenuhimu, memimpin kamu ke hal-hal yang “harus kamu lakukan”.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana jadinya jika kasih Allah melandamu dan memenuhimu, memimpinmu ke hal-hal yang “harus kamu lakukan”?
Doa
Tuhan, saya dapat melihat bahwa ada banyak hal di dalam saya yang harus diubah. Biarlah kasih-Mu melanda saya. Beri saya keberanian untuk menjalani dengan setia, jalanMu yang unik bagi hidup saya - kemanapun saya dipimpin, dan perubahan-perubahan apapun yang Engkau ingin lakukan di dalam saya. Dalam nama Yesus, Amin.
Tutup dengan berdiam (2 menit)